This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

20 November 2025

AIR MATA MUALAF : CERMINAN KISAH KASIH TOLERANSI KELUARGA, BEBEDA NAMUN TETAP SALING MEMILIKI

 

Rangkaian peluncuran film Air Mata Mualaf pada 19 November 2025 menjadi babak penting bagi perjalanan film produksi Merak Abadi Productions dan Suraya Filem Malaysia tersebut. Dalam satu hari, press conference, press screening, dan gala premiere digelar berurutan—menciptakan atmosfer yang tidak hanya selebratif, tetapi juga reflektif. Para pemain, kreator, serta ratusan awak media berkumpul menyaksikan bagaimana film ini mengangkat tema keluarga, keyakinan, dan keberanian memilih arah hidup melalui sudut pandang yang intim.


Makna Acara: Ruang Pertemuan antara Kreator dan Publik

Sejak sesi konferensi dimulai, terlihat bahwa film ini dikemas bukan sebagai drama religi yang menggurui, melainkan sebagai potret manusia yang dihadapkan pada persimpangan hidup.



Indra Gunawan, sang sutradara, menekankan bahwa fokus utama film ini adalah perjalanan batin.

“Kami ingin memotret manusia ketika ia berdiri sendirian di tengah pilihan yang sulit. Di momen seperti itu, tidak ada yang benar-benar siap, tetapi setiap orang berhak menemukan jalannya sendiri,” ujarnya.



 Sementara produser Dewi Amanda menegaskan bahwa keberanian mengangkat isu sensitif justru lahir dari kedekatan film dengan realitas sosial.

“Banyak keluarga yang mengalami ketegangan karena perbedaan keyakinan. Lewat film ini, kami ingin mengajak penonton melihat bahwa perbedaan bukan selalu tembok—kadang ia adalah pintu untuk memahami lebih dalam.”

Kehadiran media yang memadati ruangan menandai tingginya rasa ingin tahu publik mengenai bagaimana film ini menghadirkan dilema keluarga tanpa menghakimi pihak mana pun.


Pemeran Utama dan Pendalaman Peran

Setiap aktor membawa perspektif unik tentang karakter yang mereka perankan.



Acha Septriasa — Anggie

Menurut Acha, Anggie adalah sosok yang berusaha berdamai dengan kejujuran hatinya tanpa memutus kasih kepada keluarganya.

“Anggie memilih dengan hati, tapi ia tidak pernah berhenti mencintai rumah tempat ia tumbuh. Itu yang membuat perannya terasa begitu manusiawi bagi saya.”

 

 

Achmad Megantara — Ustadz Reza

Achmad menyoroti bahwa setiap perjalanan spiritual memiliki waktunya masing-masing.

“Peran saya ingin menunjukkan bahwa jalan menuju ketenangan bukan garis lurus. Ada ragu, ada takut, tapi selalu ada ruang untuk berdialog.”

 

 

Rizky Hanggono — Willy

Rizky mengaku beberapa adegan membawanya kembali ke pengalaman pribadi.

“Kebanyakan konflik keluarga muncul dari kecemasan, bukan kebencian. Itu yang membuat karakter ini relevan bagi banyak orang.”

 

 

Budi Ros — Pak Joseph

“Sebagai ayah, Pak Joseph mencintai anaknya dengan cara yang ia pahami. Kadang, cinta itu berubah menjadi kontrol, tetapi dasarnya selalu rasa takut kehilangan.”

 

 

Dewi Irawan — Bu Maria

“Maria berada di tengah dua dunia: dunia anaknya dan dunia keyakinan yang ia pegang. Perannya mengajarkan bahwa seorang ibu kadang harus belajar melepaskan, meski hatinya belum siap.”

 

Yama Carlos — Ramli

“Ramli menunjukkan bahwa perbedaan tidak selalu memisahkan. Ia hadir sebagai pengingat bahwa kebaikan lintas keyakinan itu nyata.”

 

 

Almeera Quinn — Alya

“Alya melihat semuanya dari tempat yang polos. Justru kepolosan itulah yang memantulkan kebenaran tanpa beban prasangka.”

 

 

Matthew Williams — Ethan

“Bekerja dalam produksi lintas negara memberi saya perspektif bahwa pencarian jati diri adalah tema universal. Semua budaya, semua keluarga mengalaminya.”


Press Screening: Ketegangan dari Dada, Bukan dari Tokoh Antagonis

Ketika film diputar untuk pertama kalinya di hadapan media, satu hal langsung terasa: Air Mata Mualaf tidak menempatkan siapa pun sebagai pihak yang harus disalahkan. Tidak ada antagonis klasik, karena konflik justru tumbuh dari kecamuk emosi para karakter.
Ada yang mempertahankan tradisi, ada yang ingin memahami, dan ada yang memilih melangkah meski mengetahui konsekuensinya.

Indra Gunawan secara konsisten menyusun film sebagai drama pilihan hidup—bukan pertarungan agama. Penonton diajak masuk ke ruang-ruang hening antara keluarga Anggie yang sedang berusaha saling mengerti, meski sering kali gagal.


Kolaborasi Tiga Negara

Proyek ini melibatkan talenta dari Indonesia, Malaysia, dan Australia, menghadirkan tekstur budaya yang memperkaya dinamika ceritanya. Kehadiran aktor internasional seperti Matthew Williams menambah nuansa global yang tetap terasa membumi.


Refleksi dan Harapan

Di akhir sesi dialog, Indra Gunawan kembali menegaskan pesan film:

“Kami tidak sedang menawarkan kepastian. Yang kami suguhkan adalah perjalanan—dan setiap penonton berhak menafsirkan ujungnya.”

Sementara itu, Dewi Amanda berharap film ini menjadi pemantik percakapan baru di keluarga-keluarga Indonesia.

“Pilihan hidup bukan soal menang-kalah. Ini tentang bagaimana kita tetap saling memeluk meski berdiri di titik yang berbeda.”


Menuju Layar Lebar


Gala premiere ditutup dengan antusiasme para undangan yang tampak tersentuh oleh pendekatan emosional film ini. Tanpa dramatisasi yang berlebihan, Air Mata Mualaf justru menghadirkan kekuatan dari kejujuran cerita dan konflik manusiawi yang dekat dengan keseharian banyak keluarga.

Film ini mulai tayang di seluruh bioskop Indonesia pada 27 November 2025, sebelum melanjutkan perjalanan rilisnya di Asia Tenggara dan Timur Tengah.


06 November 2025

LEWAT KUNCEN, HERS PRODUCTION AJAK ATTA HALILINTAR DAN JOSE POERNOMO KOLABORASI


Jakarta, 6 November 2025 – Momentum kebangkitan sinema horor Indonesia semakin diperkuat dengan hadirnya Kuncen, sebuah proyek ambisius yang mempertemukan maestro genre horor, Jose Poernomo, dengan kekuatan branding dari produser eksekutif Atta Halilintar dan Heera Syahir (di bawah naungan HERS Productions dan Cinevara Studio). Film ini resmi tayang hari ini, serentak di seluruh bioskop Indonesia.

Kuncen hadir bukan sekadar sebagai tontonan yang menguji adrenalin, tetapi juga upaya kolaboratif untuk mengangkat narasi mitologi lokal ke panggung sinema modern.


Strategi Jose Poernomo: Atmosfer Kelam di Kaki Gunung

Jose Poernomo, yang dikenal dengan kemampuannya menciptakan atmosfer horor yang sunyi dan mencekam, memilih latar Gunung sebagai panggung utama teror. Ia meramu kisah tentang sekelompok anak muda kota yang nekat memasuki wilayah suci demi mencari seorang kekasih yang hilang.


Plot kuncinya terletak pada kematian misterius sang Kuncen (Juru Kunci) gunung. Kematian ini memicu kekacauan dimensi gaib, menjebak para pendaki dalam serangkaian teror brutal. Alih-alih melarikan diri, mereka justru dipaksa terlibat dalam pencarian sosok Penerus Kuncen untuk memulihkan keseimbangan dan menyelamatkan diri.


"Film ini adalah tentang konsekuensi saat kita meremehkan apa yang sudah diyakini oleh leluhur. Kami ingin penonton merasakan horor yang otentik, di mana gunung bukan hanya tempat healing, tapi juga tempat persemayaman kekuatan yang tak terjamah," - jelas Jose Poernomo mengenai visinya.


Keterlibatan Produser Eksekutif dan Target Audiens

Kehadiran Atta Halilintar sebagai salah satu Produser Eksekutif menjadi sorotan, menandakan pergeseran peran influencer besar dalam industri film, khususnya dalam menjembatani film dengan audiens muda yang masif.


"Kami melihat potensi besar pada cerita Kuncen, terutama karena mengangkat isu budaya dan mistis yang dekat dengan masyarakat Indonesia, dikemas dengan pace yang relevan untuk Generasi Z," - ujar perwakilan dari HERS Productions.


Dengan line-up pemain muda seperti Azela Putri, Cinta Brian, dan Davina Karamoy, Kuncen diposisikan untuk menarik minat penonton remaja dan dewasa muda yang menyukai kombinasi horor yang intens dengan bumbu drama persahabatan dan petualangan.


Teknik Sinematografi dan Penggunaan Lokasi Nyata

Kualitas produksi Kuncen tampak menonjol dari trailer yang dirilis. Jose Poernomo memanfaatkan sepenuhnya lanskap gunung yang berkabut dan terisolasi untuk membangun ketegangan visual.

Penggunaan lokasi syuting di kawasan gunung berapi dilaporkan menjadi tantangan tersendiri, namun memberikan imersi dan kedalaman realisme yang sulit dicapai di studio. Film ini berjanji menyajikan mood yang kelam, diperkuat oleh scoring musik yang mencekam, jauh dari kesan horor yang terlalu pop dan mudah terlupakan.


Kuncen diharapkan dapat memberikan standar baru bagi sub-genre horor petualangan di Indonesia, membuktikan bahwa sinema horor lokal mampu bersaing dengan menawarkan kisah yang berakar kuat pada mitologi nusantara.


Jangan lewatkan penayangan perdananya di bioskop favorit Anda!

Tayang Serentak Di Seluruh Bioskop Mulai 6 November 2025

 

25 Oktober 2025

SORAYA INTERCINE FILMS TIBA-TIBA RILIS TEASER POSTER “LABAH-LABAH MERAH” KARYA KUS BRAM

 
TEASER POSTER LABAH-LABAH MERAH

Jakarta, 25 Oktober 2025 – Kabar mengejutkan datang dari rumah produksi terkemuka, Soraya Intercine Films. Secara tiba-tiba dan tanpa pengumuman sebelumnya, Soraya Intercine Films lewat kanal resmi akun instagramnya merilis Teaser Poster resmi untuk film terbarunya, yang merupakan adaptasi dari karya mega best seller komikus legendaris Indonesia, Kus Bram, berjudul “Labah-Labah Merah”.


Perilisan mendadak ini langsung menggemparkan jagat media sosial dan komunitas pecinta film serta komik Tanah Air, memicu spekulasi dan antisipasi tinggi terhadap proyek yang selama ini tersimpan rapat.


Film “Labah-Labah Merah” diangkat dari salah satu komik culture classic paling populer di masanya, yang dikenal dengan alur cerita yang intens, misteri yang mencekam, dan karakter ikonik. Keputusan Soraya Intercine Films untuk menghidupkan kembali superhero karya fenomenal Kus Bram ini menunjukkan komitmen rumah produksi tersebut dalam mengangkat kekayaan intelektual (IP) lokal ke layar lebar dengan standar produksi yang tinggi.


Teaser Poster yang dirilis menampilkan siluet misterius berwarna merah di tengah atas awan dengan tulisan ikonik ‘Labah-Labah Merah’ yang mencolok. Estetika visual yang disajikan menjanjikan sebuah film aksi yang berani.


Sepertinya pihak Soraya Intercine Films sangat antusias akhirnya bisa berbagi kabar ini kepada publik, karena Labah-Labah Merah adalah harta karun sinema Indonesia. Soraya Intercine Films telah mempersiapkan adaptasi ini dengan sangat hati-hati untuk menghormati visi asli Kus Bram, sekaligus menyajikannya dengan treatment modern yang relevan bagi penonton hari ini. Teaser poster ini adalah teaser pertama dari kejutan besar yang akan datang.


Hingga rilis ini diturunkan, detail mengenai sutradara, jajaran pemain, dan jadwal tayang resmi masih dirahasiakan oleh Soraya Intercine Films. Perilisan Teaser Poster ini secara efektif telah menempatkan “Labah-Labah Merah” sebagai salah satu film Indonesia yang paling dinantikan di tahun mendatang.


Publik diimbau untuk terus memantau kanal resmi Soraya Intercine Films untuk pembaruan dan pengumuman selanjutnya.


24 Oktober 2025

MAJU SEREM MUNDUR HOROR: ANTARA OBSESI TUGAS AKHIR DAN KOMEDI YANG TAK KENAL REM

Greeting Gala Premiere. Foto By : Ecky Spades


Oleh: Ecky Spades - 24 Oktober 2025

Maju Serem Mundur Horor masuk ke layar lebar dengan premis yang menjanjikan: upaya sinema meta yang mengawinkan ketakutan supernatural dengan kekonyolan proses produksi film. Disutradarai oleh Chiska Doppert, film ini bukanlah upaya untuk mengukir horor yang mencekam, melainkan sebuah panggung yang disiapkan khusus untuk melepasliarkan energi komedi dari para punggawa stand-up dan aktor komikal Indonesia. Hasilnya? Tawa yang melimpah, sementara janji horornya terasa seperti sekadar bumbu sebagai pelengkap.

ABADI NAN JAYA: RAMUAN LOKAL VISCERAL DALAM EKSEKUSI GLOBAL KIMO STAMBOEL

Greating Gala Premiere Abadi Nan Jaya. Foto by @kikikei1

Oleh : Ecky Spades - 24 Oktober 2025

Kimo Stamboel telah lama mengukuhkan namanya sebagai maestro horor visceral Indonesia. Dari eksploitasi gore hingga teror supranatural yang brutal, karyanya konsisten menguji batas-batas ketahanan penonton. Ketika ia berkolaborasi dengan Netflix untuk menangani sub-genre zombie—sebuah ranah yang seringkali jenuh dengan formula—pertanyaan terbesarnya adalah: mampukah ia menghadirkan sesuatu yang baru, yang tidak sekadar meniru formula Barat, namun tetap berakar kuat pada identitas lokal?

Abadi Nan Jaya adalah jawaban tegas sekaligus brutal atas pertanyaan tersebut. Ini adalah sebuah studi karakter tentang ambisi yang korup, yang dibalut dalam eksekusi horor-thriller beroktan tinggi. Film ini membuktikan bahwa teror mayat hidup bisa berbicara dengan aksen lokal yang kental, tanpa kehilangan satu ons pun intensitas globalnya.

12 Oktober 2025

PROJ3CT 69 UNGKAP CAST & KONSEP FILM KEDUA “YANG TERLUKA”.


Jakarta, 11 Oktober 2025 — Kantor PH 69 Entertainment di Pejaten, Jakarta Selatan, menjadi saksi acara syukuransekaligus cast reveal film kedua dari Proj3ct 69 berjudul “YANG TERLUKA”. Acara ini dihadiri oleh tim kreatif, para pemain, serta perwakilan rumah produksi dan institusi mitra seperti PFN (Perusahaan Film Negara), All Good, IQonic, dan Sheunik. Film ini digarap oleh sutradara Rico Michael dan telah memasuki fase reading dan koreografi.

Visi & Dukungan Institusional

Menurut pihak Proj3ct 69, film “YANG TERLUKA” merupakan wujud dari misi mereka dalam menumbuhkan talenta baru di industri perfilman nasional. Dengan dukungan PFN sebagai fasilitator, proyek ini diharapkan memberi ruang bagi para aktor dan kreator baru untuk merepresentasikan isu-isu sosial melalui medium film.

PFN menyatakan ketertarikan mereka terhadap film ini karena mengangkat isu-isu yang jarang disentuh di ranah publik dan pemerintah. Dukungan institusional diharapkan dapat memperkuat pesan positif yang dikemas secara entertaining, sekaligus mendorong kesadaran masyarakat terhadap masalah sosial yang kritis namun sering disembunyikan.

Rencana Produksi & Tahapan Kreatif

Film “YANG TERLUKA” dijadwalkan untuk memulai proses syuting pada November 2025. Sebelum itu, tim produksi telah melaksanakan sesi reading naskah dan koreografi adegan-adegan penting yang berkaitan dengan dramatisasi kasus kejahatan nyata. Musik film ditangani oleh Yusoff Abu Bakar dan produksi dijalankan di bawah pengawasan produser Donnie Sjech.

Deretan Cast & Karakter

Di antara nama-nama yang diumumkan sebagai pemeran dalam proyek ini adalah:

  • Vinessa Inez

  • Fanny Ghassany

  • Dwi Sasono

  • Rifky Balweel

  • Jinan Safa

  • Sri Koeswoyo

  • Dennis Adishwara

  • Gibran Marten

  • Chika Waoda

  • Uus Wijaksana

  • Naomi

  • Hitanayri Christy

  • Rebecca Reijman

  • Kenzhie Algazali

  • Fizza Bella

  • Baby Kristami

Keputusan memilih mayoritas wajah baru dalam akting menjawab komitmen Proj3ct 69 untuk membuka panggung bagi talenta yang belum terjamah industri mapan.

Suara Para Pemain & Makna Isu

Beberapa pemain hadir dan memberikan pernyataan tentang motivasi dan makna dari film ini:

  • Vinessa Inez menyebut ia tertarik kembali bergabung karena film ini menjangkau isu pelecehan seksual dan kejahatan terhadap perempuan. Baginya, melalui film ini perempuan dapat berbicara (“speak up”) tanpa merasa bahwa pembicaraan tentang kekerasan adalah aib.

  • Sri Koeswoyo menyoroti bahwa jarang lelaki yang bersuara untuk perempuan. Ia memuji sutradara Proj3ct 69—Rico Michael—yang tanpa bayaran menyuarakan kejahatan terhadap perempuan melalui karya ini. Menurutnya, orang tua perlu mendidik anak bahwa perempuan dan laki-laki memiliki nilai yang setara.

  • Djenar Mahesa Ayu menekankan bahwa kekerasan dan isu kemanusiaan tidak hanya berdampak pada perempuan. Dalam film ini terdapat lima karakter perempuan sebagai pusat cerita, dan kejahatan yang digambarkan juga melibatkan unsur keluarga. Menurut Djenar, film adalah medium seni yang ideal untuk menyampaikan visi dan misi secara jujur, tanpa bersikap sok tahu.

  • Naomi, yang juga berperan sebagai penulis naskah, menyampaikan bahwa tantangan terbesar ialah menuliskan kisah yang terinspirasi dari kenyataan—bahkan pengalaman pribadi. Baginya, keberanian untuk break the silencesangat penting agar korban tidak takut bersuara.

  • Rifky Balweel memerankan sosok laki-laki antagonis. Ia mengaku merasa kesal saat membaca naskahnya; menurutnya, sekali kekerasan dilakukan oleh seorang pria, kecenderungannya untuk mengulang menjadi besar. Maka kekerasan tidak boleh dibiarkan.

  • Fanny Ghassany berperan sebagai Nadia, seorang pengacara yang membela Raras, korban dengan luka emosional yang serupa. Meski latar belakang Fanny adalah Sarjana Psikologi, ia dibantu penasehat hukum dari PH untuk mempelajari aspek hukum dan persidangan agar karakternya terasa autentik.

Dalam kesempatan yang sama, Fanny juga menyebutkan bahwa pelecehan kini juga banyak terjadi dalam ranah digital — misalnya melalui direct message atau komentar di media sosial. Ia berharap film ini bisa membuka perspektif baru terhadap bagaimana pelecehan digital seharusnya tidak dianggap remeh.

  • Jinan Safa mengungkapkan bahwa sebagai news anchor yang sering mengangkat isu kekerasan seksual dalam kariernya, ia merasa “dipanggil” untuk ikut serta. Ia menyuarakan pentingnya solidaritas sesama perempuan, break the silence, dan mengajak semua pihak untuk turut memberi perhatian.

  • Rebecca Reijman menyebut bahwa film ini menarik karena mengusung isu yang jarang diangkat. Menurutnya, perempuan adalah mahluk paling perkasa — melahirkan dan memberi kasih. Ia menyebut bahwa lewat proyek ini ia belajar banyak dari para sutradara dan pembuat film lainnya.

Momentum Peluncuran OST & Trailer

Acara dilanjutkan dengan doa bersama dan potong tumpeng, setelah itu dilakukan sesi foto bersama antara para cast dan tim kreatif. Tak lama kemudian, video klip lagu tema film Dalam Sujudku yang berjudul Titipan Ilahi diluncurkan. Lagu ini dinyanyikan oleh Evelyn, pemenang lomba Voice Hunt, dan menuai pujian karena liriknya menyentuh dan melodinya mudah dinikmati.

Selain itu, trailer resmi film “Dalam Sujudku” juga dilaunching dalam momen tersebut, menambah antisipasi publik terhadap proyek ini. Acara ditutup dengan sesi foto bersama seluruh cast Dalam Sujudku dan sutradara Rico Michael.

Kesimpulan & Harapan

Press conference ini berhasil menghadirkan gambaran awal mengenai film “YANG TERLUKA”, baik dari sisi visi kreatif maupun barisan pemeran yang akan membawakan cerita. Dengan isu sosial yang relevan dan keberanian untuk mengangkat tema kekerasan terhadap perempuan—termasuk yang terjadi di ranah digital—film ini berpotensi menjadi sebuah karya perfilman yang tidak hanya menghibur, tetapi juga membuka dialog kritis di masyarakat. Dukungan institusi seperti PFN diharapkan semakin memperkuat kapasitas produksi dan distribusi agar pesan film dapat menjangkau khalayak luas.




29 Juli 2025

"RANGGA & CINTA": NAFAS BARU KISAH LEGENDA, MILES FILMS RILIS POSTER DAN TRAILER RESMI

 

Jakarta, 28 Juli 2025 – Dalam sebuah konferensi pers eksklusif yang berlangsung di XXI Plaza Senayan, Miles Films resmi meluncurkan poster dan trailer perdana film "Rangga & Cinta", sebuah reinterpretasi musikal dari salah satu karya paling ikonik dalam sejarah perfilman Indonesia, Ada Apa Dengan Cinta?

Disutradarai oleh Riri Riza dan diproduseri oleh Mira Lesmana, film ini menjadi perayaan sinematik yang memadukan nostalgia dengan semangat sinema baru. Dengan sentuhan musikal dan deretan wajah-wajah segar, Rangga & Cinta bukan sekadar remake, melainkan sebuah kelahiran kembali (rebirth) yang memberi ruang bagi generasi muda untuk merasakan kisah yang telah mengakar kuat dalam budaya pop Indonesia.


Warna Baru dalam Poster dan Emosi dalam Trailer

OFFICIAL POSTER RANGGA & CINTA

Peluncuran poster resmi Rangga & Cinta menjadi pembuka momen penting ini. Dalam balutan warna yang segar namun tetap menghormati estetika visual Ada Apa Dengan Cinta? (2002), poster menampilkan Leya Princy sebagai Cinta dan El Putra Sarira sebagai Rangga. Visualnya mencerminkan semangat remaja awal 2000-an yang kini dihidupkan kembali dengan interpretasi kontemporer.


OFFICIAL TRAILER RANGGA & CINTA

Tak kalah mencuri perhatian, trailer resmi berdurasi dua menit dirilis pertama kali kepada publik. Melalui potongan adegan yang puitis dan penuh dinamika, penonton diperkenalkan pada kombinasi unik antara akting, koreografi, dan nyanyian para pemain muda. Di balik harmoni visual dan musikal ini, hadir juga lagu-lagu ciptaan Melly Goeslaw dan Anto Hoed, yang turut menghidupkan ulang emosi-emosi ikonik dalam kisah cinta remaja ini.


Membawa Karakter-Karakter Lama ke Dalam Dunia Baru



Trailer memperkenalkan kembali geng sahabat SMA yang dulu dicintai: Alya (Jasmine Nadya), Maura (Kyandra Sembel), Milly (Katyana Mawira), Karmen (Daniella Tumiwa), serta Mamet (Rafly Altama) dan Borne (Rafi Sudirman). Satu karakter baru yang diperkenalkan adalah Limbong, pedagang buku ikonik yang kini diperankan oleh Boris Bokir, menggantikan peran almarhum Gito Rollies dari versi asli.


Sementara itu, Leya Princy dan El Putra Sarira tampil meyakinkan dalam menggambarkan dinamika cinta dua dunia: satu penuh keramaian, satu lagi penuh kesunyian yang dalam. Cuplikan suara El Putra menyanyikan lagu “Suara Hati Seorang Kekasih” menghadirkan kesan mendalam dan emosional, menjanjikan nuansa musikal yang bukan hanya estetis tetapi juga naratif.


Dibalik Layar: Karya Kolaboratif Bertabur Talenta

Selain nama-nama besar seperti Mira Lesmana dan Riri Riza, film ini turut melibatkan kolaborasi lintas disiplin. Koreografi digarap oleh Pasha Prakasa, sinematografi oleh Vera Lestafa, dan penyuntingan gambar oleh Aline Jusria, menjadikan film ini sebagai proyek ambisius yang menyatukan kekuatan teknis dan artistik.

Dukungan luas dari mitra produksi seperti Surya Citra Media, Trinity Entertainment Network, Barunson E&A, hingga sponsor dari Indomie, Skintific, Amar Bank, dan kolaborasi fashion dengan Calla The Label, menunjukkan bagaimana Rangga & Cinta menjadi proyek lintas industri yang siap menyapa pasar secara masif.


Pernyataan Para Kreator: Membingkai Nostalgia dengan Perspektif Baru


Dalam sesi konferensi pers, Mira Lesmana menyampaikan, “Rangga & Cinta adalah bentuk penghormatan terhadap cinta pertama banyak orang. Kami menghadirkannya kembali dengan pendekatan musikal untuk menyampaikan emosi secara lebih mendalam dan menyentuh.”


Sutradara Riri Riza menambahkan, “Film ini bukan sekadar adaptasi, tapi sebuah ruang ekspresi yang membuka interpretasi baru dari kisah yang sudah dikenal. Kami ingin mempertahankan ruh cerita asli sambil memberi napas segar pada dinamika antar karakternya.”


Tanggal Rilis dan Harapan Baru untuk Perfilman Indonesia

Rangga & Cinta dijadwalkan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 2 Oktober 2025. Film ini bukan hanya menjanjikan pengalaman sinematik penuh warna dan emosi, tetapi juga menjadi simbol bahwa warisan sinema Indonesia dapat terus berkembang mengikuti zaman, tanpa kehilangan akarnya.

Pantau informasi lebih lanjut melalui kanal resmi Miles Films, dan bersiaplah untuk menyelami kembali kisah cinta yang tidak pernah benar-benar usai—kali ini, dalam denting nada dan lirik yang akan tinggal lebih lama di hati.


28 Juli 2025

DALAM SUJUDKU VOICE HUNT : MELAHIRKAN BINTANG UNTUK LAYAR LEBAR MELALUI SUARA DAN KETULUSAN HATI

Sabtu, 26 Juli 2025 – Suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti Bajawa Kemang, Jakarta Selatan, saat momen puncak pencarian talenta vokal terbaik untuk Original Soundtrack Dalam Sujudku digelar melalui ajang Grand Final Voice Hunt. Acara ini menjadi penutup dari rangkaian perjalanan panjang dan emosional yang melibatkan ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang diadakan oleh Project 69.

Dimulai dari proses audisi yang digelar secara offline di lima kota besar—Yogyakarta, Cimahi, Bekasi, Depok, dan Tangerang—Voice Hunt Dalam Sujudku Film berhasil menyaring 15 finalis yang tak hanya memiliki kualitas vokal unggulan, namun juga karakter suara yang mampu menyentuh rasa. Masing-masing dari mereka telah melewati tahapan intensif: mulai dari sesi coaching class bersama para mentor, pelatihan teknis dan artistik, karantina penuh materi workshop, hingga pembekalan mental dan emotional bonding yang memperkuat sisi personalitas mereka sebagai calon pengisi soundtrack film.

02 Juli 2025

GALA PREMIERE & PRESS CONFERENCE VIDIO ORIGINAL SERIES “ROMAN DENDAM”

 

Kolaborasi Epik Aksi dan Romansa yang Membekas dari Vidio dan Screenplay Films

Jakarta, 21 Juni 2025 – XXI Plaza Indonesia - FilmLokal.id

Vidio kembali memantapkan eksistensinya sebagai platform OTT unggulan dengan mempersembahkan karya terbaru bertajuk Roman Dendam, sebuah original series yang menggabungkan elemen aksi intens dan romansa emosional dalam satu narasi kuat. Bertepatan dengan peresmiannya, Gala Premiere dan Press Conference series ini digelar di XXI Plaza Indonesia pada Sabtu, 21 Juni 2025, menandai peluncuran resmi dari serial bergenre action-romance ini ke publik.

Diproduksi oleh Screenplay Films, Roman Dendam hadir sebagai bagian dari komitmen Vidio dalam menyuguhkan konten orisinal berkualitas. Di balik proyek ini berdiri para nama besar industri: Sutanto Hartono, Mark Francis, dan Anthony Buncio sebagai produser eksekutif, serta Wicky V. Olindo sebagai produser. Dua nama sutradara yang telah berpengalaman, Tommy Dewo dan Ceppy Gober, memimpin penggarapan 8 episode dalam serial ini. Naskahnya ditulis oleh kolaborasi Tommy Dewo, Venerdi Handoyo, Fellita Irmadella, dan Kristo Parinters Makur.


KISAH DENDAM YANG BERALIH MENJADI CINTA

Mengangkat cerita tentang Tiana (Tatjana Saphira), seorang wanita muda yang menyimpan dendam setelah kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah pembunuhan tragis, Roman Dendam membuka babak drama dengan nuansa kelam.

Dalam pencarian keadilan, Tiana menemukan satu nama yang mencurigakan—Barli (Abimana Aryasatya), seorang pria pendiam yang kini bekerja sebagai tukang cukur, namun menyimpan masa lalu sebagai pembunuh bayaran.

Pertemuan mereka mengawali perjalanan yang penuh dilema moral, luka lama, dan tabir misteri yang semakin menggelap. Tak disangka, rasa benci perlahan berubah menjadi emosi yang lebih dalam—membangkitkan konflik batin yang tak terhindarkan.


ABIMANA ARYASATYA DAN TATJANA SAPHIRA: TRANSFORMASI TOTAL DI LAYAR KACA

Kembalinya Abimana Aryasatya ke dunia aksi menjadi salah satu magnet utama dari serial ini. Setelah sukses besar melalui Serigala Terakhir, kini ia hadir dengan karakter Barli yang lebih subtil dan kompleks—seorang pria dengan masa lalu berdarah yang mencoba menebus kesalahannya.

"Kalau Alex melampiaskan amarah, Barli justru menahannya. Emosinya dibangun secara diam-diam dan itu jauh lebih menantang," jelas Abimana dalam sesi wawancara.


Sementara itu, Tatjana Saphira mencuri perhatian lewat peran Tiana. Untuk pertama kalinya, aktris ini tampil dalam adegan laga intens dan menunjukkan dedikasi penuh untuk peran fisiknya. Tatjana menjalani pelatihan bela diri dan perubahan fisik demi menyatu dengan karakter yang dikuasai oleh amarah, trauma, dan tekad balas dendam.

“Ini peran paling menantang yang pernah saya jalani. Saya belajar teknik bela diri dari nol, termasuk bagaimana memukul, menendang, bahkan teknik bertahan diri. Semua untuk memastikan Tiana terasa nyata,” ungkap Tatjana.


KONSEP PENYUTRADARAAN GANDA & PERPADUAN GENRE YANG KUAT

Duet penyutradaraan Tommy Dewo dan Ceppy Gober memberikan dinamika visual dan emosional yang kontras namun harmonis. Tommy dikenal dengan pendekatan emosional yang kuat, sementara Ceppy membawa kekuatan teknis dan koreografi laga yang presisi.

Dengan latar sinematik yang gelap namun tetap estetis, Roman Dendam berhasil memadukan atmosfer thriller dengan ritme naratif romansa yang mengalir halus. Serial ini juga memperlihatkan bagaimana konflik personal bisa bersinggungan dengan konflik eksternal dalam bentuk kekerasan dan kriminalitas terorganisir.


DERETAN NAMA UNGGULAN PENGUAT CERITA

Tidak hanya mengandalkan dua pemeran utama, Roman Dendam diperkuat oleh jajaran aktor pendukung berpengalaman dan berkarakter kuat.

Faradina Mufti tampil sebagai Rei, mantan rekan Barli yang kini memiliki agendanya sendiri. Agus Kuncoro dan Kiki Narendra turut membawa tensi dramatis sebagai karakter dengan moral abu-abu, sementara sentuhan humor segar diselipkan melalui peran Ence Bagus dan Bebeto Leutualy.


PENONTON DAN INDUSTRI BERANTUSIAS

Acara Gala Premiere yang diselenggarakan dengan atmosfer eksklusif ini turut dihadiri oleh para pemeran, kru, serta awak media. Terdapat antusiasme tinggi dari para undangan yang mendapatkan kesempatan menyaksikan episode perdana secara langsung. Sesi press conference pun diwarnai diskusi hangat tentang pendekatan genre yang diusung dan tantangan teknis dalam produksi.

Roman Dendam adalah proyek yang sangat personal bagi kami, karena memadukan rasa sakit, cinta, dan aksi dalam satu napas cerita. Ini bukan hanya soal balas dendam, tapi juga bagaimana dua jiwa terluka mencari alasan untuk hidup kembali,” ujar Tommy Dewo.


SIAP TAYANG EKSKLUSIF DI VIDIO MULAI JUNI 2025

Roman Dendam akan mulai tayang secara eksklusif di Vidio sepanjang Juni 2025. Serial ini bukan hanya menjanjikan ketegangan dan koreografi aksi kelas atas, tetapi juga menyajikan drama emosional yang menyentuh dan penuh kejutan.

Dengan kualitas produksi yang matang, jajaran pemain yang solid, serta cerita yang segar dan berani, Roman Dendam menjadi bukti bahwa serial lokal mampu bersaing secara kualitas dengan tontonan internasional.