This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

25 Oktober 2025

SORAYA INTERCINE FILMS TIBA-TIBA RILIS TEASER POSTER “LABAH-LABAH MERAH” KARYA KUS BRAM

 
TEASER POSTER LABAH-LABAH MERAH

Jakarta, 25 Oktober 2025 – Kabar mengejutkan datang dari rumah produksi terkemuka, Soraya Intercine Films. Secara tiba-tiba dan tanpa pengumuman sebelumnya, Soraya Intercine Films lewat kanal resmi akun instagramnya merilis Teaser Poster resmi untuk film terbarunya, yang merupakan adaptasi dari karya mega best seller komikus legendaris Indonesia, Kus Bram, berjudul “Labah-Labah Merah”.


Perilisan mendadak ini langsung menggemparkan jagat media sosial dan komunitas pecinta film serta komik Tanah Air, memicu spekulasi dan antisipasi tinggi terhadap proyek yang selama ini tersimpan rapat.


Film “Labah-Labah Merah” diangkat dari salah satu komik culture classic paling populer di masanya, yang dikenal dengan alur cerita yang intens, misteri yang mencekam, dan karakter ikonik. Keputusan Soraya Intercine Films untuk menghidupkan kembali superhero karya fenomenal Kus Bram ini menunjukkan komitmen rumah produksi tersebut dalam mengangkat kekayaan intelektual (IP) lokal ke layar lebar dengan standar produksi yang tinggi.


Teaser Poster yang dirilis menampilkan siluet misterius berwarna merah di tengah atas awan dengan tulisan ikonik ‘Labah-Labah Merah’ yang mencolok. Estetika visual yang disajikan menjanjikan sebuah film aksi yang berani.


Sepertinya pihak Soraya Intercine Films sangat antusias akhirnya bisa berbagi kabar ini kepada publik, karena Labah-Labah Merah adalah harta karun sinema Indonesia. Soraya Intercine Films telah mempersiapkan adaptasi ini dengan sangat hati-hati untuk menghormati visi asli Kus Bram, sekaligus menyajikannya dengan treatment modern yang relevan bagi penonton hari ini. Teaser poster ini adalah teaser pertama dari kejutan besar yang akan datang.


Hingga rilis ini diturunkan, detail mengenai sutradara, jajaran pemain, dan jadwal tayang resmi masih dirahasiakan oleh Soraya Intercine Films. Perilisan Teaser Poster ini secara efektif telah menempatkan “Labah-Labah Merah” sebagai salah satu film Indonesia yang paling dinantikan di tahun mendatang.


Publik diimbau untuk terus memantau kanal resmi Soraya Intercine Films untuk pembaruan dan pengumuman selanjutnya.


24 Oktober 2025

MAJU SEREM MUNDUR HOROR: ANTARA OBSESI TUGAS AKHIR DAN KOMEDI YANG TAK KENAL REM

Greeting Gala Premiere. Foto By : Ecky Spades


Oleh: Ecky Spades - 24 Oktober 2025

Maju Serem Mundur Horor masuk ke layar lebar dengan premis yang menjanjikan: upaya sinema meta yang mengawinkan ketakutan supernatural dengan kekonyolan proses produksi film. Disutradarai oleh Chiska Doppert, film ini bukanlah upaya untuk mengukir horor yang mencekam, melainkan sebuah panggung yang disiapkan khusus untuk melepasliarkan energi komedi dari para punggawa stand-up dan aktor komikal Indonesia. Hasilnya? Tawa yang melimpah, sementara janji horornya terasa seperti sekadar bumbu sebagai pelengkap.

ABADI NAN JAYA: RAMUAN LOKAL VISCERAL DALAM EKSEKUSI GLOBAL KIMO STAMBOEL

Greating Gala Premiere Abadi Nan Jaya. Foto by @kikikei1

Oleh : Ecky Spades - 24 Oktober 2025

Kimo Stamboel telah lama mengukuhkan namanya sebagai maestro horor visceral Indonesia. Dari eksploitasi gore hingga teror supranatural yang brutal, karyanya konsisten menguji batas-batas ketahanan penonton. Ketika ia berkolaborasi dengan Netflix untuk menangani sub-genre zombie—sebuah ranah yang seringkali jenuh dengan formula—pertanyaan terbesarnya adalah: mampukah ia menghadirkan sesuatu yang baru, yang tidak sekadar meniru formula Barat, namun tetap berakar kuat pada identitas lokal?

Abadi Nan Jaya adalah jawaban tegas sekaligus brutal atas pertanyaan tersebut. Ini adalah sebuah studi karakter tentang ambisi yang korup, yang dibalut dalam eksekusi horor-thriller beroktan tinggi. Film ini membuktikan bahwa teror mayat hidup bisa berbicara dengan aksen lokal yang kental, tanpa kehilangan satu ons pun intensitas globalnya.

12 Oktober 2025

PROJ3CT 69 UNGKAP CAST & KONSEP FILM KEDUA “YANG TERLUKA”.


Jakarta, 11 Oktober 2025 — Kantor PH 69 Entertainment di Pejaten, Jakarta Selatan, menjadi saksi acara syukuransekaligus cast reveal film kedua dari Proj3ct 69 berjudul “YANG TERLUKA”. Acara ini dihadiri oleh tim kreatif, para pemain, serta perwakilan rumah produksi dan institusi mitra seperti PFN (Perusahaan Film Negara), All Good, IQonic, dan Sheunik. Film ini digarap oleh sutradara Rico Michael dan telah memasuki fase reading dan koreografi.

Visi & Dukungan Institusional

Menurut pihak Proj3ct 69, film “YANG TERLUKA” merupakan wujud dari misi mereka dalam menumbuhkan talenta baru di industri perfilman nasional. Dengan dukungan PFN sebagai fasilitator, proyek ini diharapkan memberi ruang bagi para aktor dan kreator baru untuk merepresentasikan isu-isu sosial melalui medium film.

PFN menyatakan ketertarikan mereka terhadap film ini karena mengangkat isu-isu yang jarang disentuh di ranah publik dan pemerintah. Dukungan institusional diharapkan dapat memperkuat pesan positif yang dikemas secara entertaining, sekaligus mendorong kesadaran masyarakat terhadap masalah sosial yang kritis namun sering disembunyikan.

Rencana Produksi & Tahapan Kreatif

Film “YANG TERLUKA” dijadwalkan untuk memulai proses syuting pada November 2025. Sebelum itu, tim produksi telah melaksanakan sesi reading naskah dan koreografi adegan-adegan penting yang berkaitan dengan dramatisasi kasus kejahatan nyata. Musik film ditangani oleh Yusoff Abu Bakar dan produksi dijalankan di bawah pengawasan produser Donnie Sjech.

Deretan Cast & Karakter

Di antara nama-nama yang diumumkan sebagai pemeran dalam proyek ini adalah:

  • Vinessa Inez

  • Fanny Ghassany

  • Dwi Sasono

  • Rifky Balweel

  • Jinan Safa

  • Sri Koeswoyo

  • Dennis Adishwara

  • Gibran Marten

  • Chika Waoda

  • Uus Wijaksana

  • Naomi

  • Hitanayri Christy

  • Rebecca Reijman

  • Kenzhie Algazali

  • Fizza Bella

  • Baby Kristami

Keputusan memilih mayoritas wajah baru dalam akting menjawab komitmen Proj3ct 69 untuk membuka panggung bagi talenta yang belum terjamah industri mapan.

Suara Para Pemain & Makna Isu

Beberapa pemain hadir dan memberikan pernyataan tentang motivasi dan makna dari film ini:

  • Vinessa Inez menyebut ia tertarik kembali bergabung karena film ini menjangkau isu pelecehan seksual dan kejahatan terhadap perempuan. Baginya, melalui film ini perempuan dapat berbicara (“speak up”) tanpa merasa bahwa pembicaraan tentang kekerasan adalah aib.

  • Sri Koeswoyo menyoroti bahwa jarang lelaki yang bersuara untuk perempuan. Ia memuji sutradara Proj3ct 69—Rico Michael—yang tanpa bayaran menyuarakan kejahatan terhadap perempuan melalui karya ini. Menurutnya, orang tua perlu mendidik anak bahwa perempuan dan laki-laki memiliki nilai yang setara.

  • Djenar Mahesa Ayu menekankan bahwa kekerasan dan isu kemanusiaan tidak hanya berdampak pada perempuan. Dalam film ini terdapat lima karakter perempuan sebagai pusat cerita, dan kejahatan yang digambarkan juga melibatkan unsur keluarga. Menurut Djenar, film adalah medium seni yang ideal untuk menyampaikan visi dan misi secara jujur, tanpa bersikap sok tahu.

  • Naomi, yang juga berperan sebagai penulis naskah, menyampaikan bahwa tantangan terbesar ialah menuliskan kisah yang terinspirasi dari kenyataan—bahkan pengalaman pribadi. Baginya, keberanian untuk break the silencesangat penting agar korban tidak takut bersuara.

  • Rifky Balweel memerankan sosok laki-laki antagonis. Ia mengaku merasa kesal saat membaca naskahnya; menurutnya, sekali kekerasan dilakukan oleh seorang pria, kecenderungannya untuk mengulang menjadi besar. Maka kekerasan tidak boleh dibiarkan.

  • Fanny Ghassany berperan sebagai Nadia, seorang pengacara yang membela Raras, korban dengan luka emosional yang serupa. Meski latar belakang Fanny adalah Sarjana Psikologi, ia dibantu penasehat hukum dari PH untuk mempelajari aspek hukum dan persidangan agar karakternya terasa autentik.

Dalam kesempatan yang sama, Fanny juga menyebutkan bahwa pelecehan kini juga banyak terjadi dalam ranah digital — misalnya melalui direct message atau komentar di media sosial. Ia berharap film ini bisa membuka perspektif baru terhadap bagaimana pelecehan digital seharusnya tidak dianggap remeh.

  • Jinan Safa mengungkapkan bahwa sebagai news anchor yang sering mengangkat isu kekerasan seksual dalam kariernya, ia merasa “dipanggil” untuk ikut serta. Ia menyuarakan pentingnya solidaritas sesama perempuan, break the silence, dan mengajak semua pihak untuk turut memberi perhatian.

  • Rebecca Reijman menyebut bahwa film ini menarik karena mengusung isu yang jarang diangkat. Menurutnya, perempuan adalah mahluk paling perkasa — melahirkan dan memberi kasih. Ia menyebut bahwa lewat proyek ini ia belajar banyak dari para sutradara dan pembuat film lainnya.

Momentum Peluncuran OST & Trailer

Acara dilanjutkan dengan doa bersama dan potong tumpeng, setelah itu dilakukan sesi foto bersama antara para cast dan tim kreatif. Tak lama kemudian, video klip lagu tema film Dalam Sujudku yang berjudul Titipan Ilahi diluncurkan. Lagu ini dinyanyikan oleh Evelyn, pemenang lomba Voice Hunt, dan menuai pujian karena liriknya menyentuh dan melodinya mudah dinikmati.

Selain itu, trailer resmi film “Dalam Sujudku” juga dilaunching dalam momen tersebut, menambah antisipasi publik terhadap proyek ini. Acara ditutup dengan sesi foto bersama seluruh cast Dalam Sujudku dan sutradara Rico Michael.

Kesimpulan & Harapan

Press conference ini berhasil menghadirkan gambaran awal mengenai film “YANG TERLUKA”, baik dari sisi visi kreatif maupun barisan pemeran yang akan membawakan cerita. Dengan isu sosial yang relevan dan keberanian untuk mengangkat tema kekerasan terhadap perempuan—termasuk yang terjadi di ranah digital—film ini berpotensi menjadi sebuah karya perfilman yang tidak hanya menghibur, tetapi juga membuka dialog kritis di masyarakat. Dukungan institusi seperti PFN diharapkan semakin memperkuat kapasitas produksi dan distribusi agar pesan film dapat menjangkau khalayak luas.