Jakarta, 11 Oktober 2025 — Kantor PH 69 Entertainment di Pejaten, Jakarta Selatan, menjadi saksi acara syukuransekaligus cast reveal film kedua dari Proj3ct 69 berjudul “YANG TERLUKA”. Acara ini dihadiri oleh tim kreatif, para pemain, serta perwakilan rumah produksi dan institusi mitra seperti PFN (Perusahaan Film Negara), All Good, IQonic, dan Sheunik. Film ini digarap oleh sutradara Rico Michael dan telah memasuki fase reading dan koreografi.
Visi & Dukungan Institusional
Menurut pihak Proj3ct 69, film “YANG TERLUKA” merupakan wujud dari misi mereka dalam menumbuhkan talenta baru di industri perfilman nasional. Dengan dukungan PFN sebagai fasilitator, proyek ini diharapkan memberi ruang bagi para aktor dan kreator baru untuk merepresentasikan isu-isu sosial melalui medium film.
PFN menyatakan ketertarikan mereka terhadap film ini karena mengangkat isu-isu yang jarang disentuh di ranah publik dan pemerintah. Dukungan institusional diharapkan dapat memperkuat pesan positif yang dikemas secara entertaining, sekaligus mendorong kesadaran masyarakat terhadap masalah sosial yang kritis namun sering disembunyikan.
Rencana Produksi & Tahapan Kreatif
Film “YANG TERLUKA” dijadwalkan untuk memulai proses syuting pada November 2025. Sebelum itu, tim produksi telah melaksanakan sesi reading naskah dan koreografi adegan-adegan penting yang berkaitan dengan dramatisasi kasus kejahatan nyata. Musik film ditangani oleh Yusoff Abu Bakar dan produksi dijalankan di bawah pengawasan produser Donnie Sjech.
Deretan Cast & Karakter
Di antara nama-nama yang diumumkan sebagai pemeran dalam proyek ini adalah:
Vinessa Inez
Fanny Ghassany
Dwi Sasono
Rifky Balweel
Jinan Safa
Sri Koeswoyo
Dennis Adishwara
Gibran Marten
Chika Waoda
Uus Wijaksana
Naomi
Hitanayri Christy
Rebecca Reijman
Kenzhie Algazali
Fizza Bella
Baby Kristami
Keputusan memilih mayoritas wajah baru dalam akting menjawab komitmen Proj3ct 69 untuk membuka panggung bagi talenta yang belum terjamah industri mapan.
Suara Para Pemain & Makna Isu
Beberapa pemain hadir dan memberikan pernyataan tentang motivasi dan makna dari film ini:
Vinessa Inez menyebut ia tertarik kembali bergabung karena film ini menjangkau isu pelecehan seksual dan kejahatan terhadap perempuan. Baginya, melalui film ini perempuan dapat berbicara (“speak up”) tanpa merasa bahwa pembicaraan tentang kekerasan adalah aib.
Sri Koeswoyo menyoroti bahwa jarang lelaki yang bersuara untuk perempuan. Ia memuji sutradara Proj3ct 69—Rico Michael—yang tanpa bayaran menyuarakan kejahatan terhadap perempuan melalui karya ini. Menurutnya, orang tua perlu mendidik anak bahwa perempuan dan laki-laki memiliki nilai yang setara.
Djenar Mahesa Ayu menekankan bahwa kekerasan dan isu kemanusiaan tidak hanya berdampak pada perempuan. Dalam film ini terdapat lima karakter perempuan sebagai pusat cerita, dan kejahatan yang digambarkan juga melibatkan unsur keluarga. Menurut Djenar, film adalah medium seni yang ideal untuk menyampaikan visi dan misi secara jujur, tanpa bersikap sok tahu.
Naomi, yang juga berperan sebagai penulis naskah, menyampaikan bahwa tantangan terbesar ialah menuliskan kisah yang terinspirasi dari kenyataan—bahkan pengalaman pribadi. Baginya, keberanian untuk break the silencesangat penting agar korban tidak takut bersuara.
Rifky Balweel memerankan sosok laki-laki antagonis. Ia mengaku merasa kesal saat membaca naskahnya; menurutnya, sekali kekerasan dilakukan oleh seorang pria, kecenderungannya untuk mengulang menjadi besar. Maka kekerasan tidak boleh dibiarkan.
Fanny Ghassany berperan sebagai Nadia, seorang pengacara yang membela Raras, korban dengan luka emosional yang serupa. Meski latar belakang Fanny adalah Sarjana Psikologi, ia dibantu penasehat hukum dari PH untuk mempelajari aspek hukum dan persidangan agar karakternya terasa autentik.
Dalam kesempatan yang sama, Fanny juga menyebutkan bahwa pelecehan kini juga banyak terjadi dalam ranah digital — misalnya melalui direct message atau komentar di media sosial. Ia berharap film ini bisa membuka perspektif baru terhadap bagaimana pelecehan digital seharusnya tidak dianggap remeh.
Jinan Safa mengungkapkan bahwa sebagai news anchor yang sering mengangkat isu kekerasan seksual dalam kariernya, ia merasa “dipanggil” untuk ikut serta. Ia menyuarakan pentingnya solidaritas sesama perempuan, break the silence, dan mengajak semua pihak untuk turut memberi perhatian.
Rebecca Reijman menyebut bahwa film ini menarik karena mengusung isu yang jarang diangkat. Menurutnya, perempuan adalah mahluk paling perkasa — melahirkan dan memberi kasih. Ia menyebut bahwa lewat proyek ini ia belajar banyak dari para sutradara dan pembuat film lainnya.
Momentum Peluncuran OST & Trailer
Acara dilanjutkan dengan doa bersama dan potong tumpeng, setelah itu dilakukan sesi foto bersama antara para cast dan tim kreatif. Tak lama kemudian, video klip lagu tema film Dalam Sujudku yang berjudul Titipan Ilahi diluncurkan. Lagu ini dinyanyikan oleh Evelyn, pemenang lomba Voice Hunt, dan menuai pujian karena liriknya menyentuh dan melodinya mudah dinikmati.
Selain itu, trailer resmi film “Dalam Sujudku” juga dilaunching dalam momen tersebut, menambah antisipasi publik terhadap proyek ini. Acara ditutup dengan sesi foto bersama seluruh cast Dalam Sujudku dan sutradara Rico Michael.
Kesimpulan & Harapan
Press conference ini berhasil menghadirkan gambaran awal mengenai film “YANG TERLUKA”, baik dari sisi visi kreatif maupun barisan pemeran yang akan membawakan cerita. Dengan isu sosial yang relevan dan keberanian untuk mengangkat tema kekerasan terhadap perempuan—termasuk yang terjadi di ranah digital—film ini berpotensi menjadi sebuah karya perfilman yang tidak hanya menghibur, tetapi juga membuka dialog kritis di masyarakat. Dukungan institusi seperti PFN diharapkan semakin memperkuat kapasitas produksi dan distribusi agar pesan film dapat menjangkau khalayak luas.
0 comments:
Posting Komentar