This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

25 Juni 2025

ULASAN FILM "SAMPAI JUMPA SELAMAT TINGGAL"

 

Sinopsis

Dalam Sampai Jumpa Selamat Tinggal, kita diajak menyelami kehidupan sepasang kekasih Indonesia yang menetap di Korea Selatan dan harus menghadapi kenyataan pahit dalam relasi mereka. Cinta, perpisahan, dan pemulihan menjadi simpul emosi utama dalam film ini, yang disampaikan melalui narasi puitik dan reflektif. Ketika jarak dan waktu tidak lagi memihak, kisah mereka berkembang menjadi perjalanan batin penuh luka, namun juga harapan akan versi diri yang lebih utuh.


Cerita & Naskah

Adriyanto Dewo tidak sekadar menulis sebuah cerita romansa. Ia membingkai relasi antarmanusia sebagai proses perenungan akan kehilangan dan pertumbuhan. Naskah film ini tidak tergesa-gesa menyampaikan konflik; ia memilih untuk mengendap perlahan, membiarkan penonton turut mengurai makna di balik diam dan jeda. Percakapan yang minim namun bernas memperkuat kesan bahwa keheningan juga bisa berkata-kata, sebuah pendekatan naratif yang jarang kita temui dalam sinema romansa populer.


Penyutradaraan

Sebagai sutradara sekaligus penulis, Adriyanto Dewo tampil konsisten dalam menjaga tone film yang meditatif dan emosional. Ia tidak menjejali layar dengan eksposisi berlebih, justru memaksimalkan gestur, pandangan, dan atmosfer sebagai bahasa utama narasi. Penataan ruang dan pengambilan gambar yang kontemplatif menjadi bukti bahwa Dewo memahami bagaimana ruang emosional harus dibentuk bukan melalui kata, melainkan melalui suasana.


Akting

Putri Marino kembali membuktikan kapasitasnya dalam memainkan karakter perempuan dengan luka yang dalam namun tidak histeris. Penampilannya terasa tenang, namun menggetarkan. Jerome Kurnia menghadirkan kehangatan yang rapuh—ia tidak tampil sebagai kekasih ideal, tapi sebagai manusia dengan kontradiksi. Jourdy Pranata dan Lutesha memberi warna dinamis pada narasi yang cenderung sunyi, sementara aktor-aktor Korea seperti Han Sang-il dan Sang Kwan Kim memberikan dimensi interkultural yang natural dan tidak dipaksakan. Penampilan mereka menambah konteks sosial, bukan sekadar gimmick latar tempat.


Analisis Karakter

Karakter-karakter dalam film ini tidak dibentuk untuk dicintai atau dibenci, melainkan untuk dipahami. Mereka hidup dalam kerumitan emosi yang tidak mudah ditebak, penuh keputusan abu-abu. Dalam hal ini, Sampai Jumpa Selamat Tinggal menghadirkan potret manusia yang sangat nyata—tidak hitam putih, tidak melodramatik, tapi personal dan dekat dengan realitas sehari-hari.


Tata Artistik & Sinematografi

Sinematografer film ini berhasil menangkap lanskap Korea Selatan dengan lensa yang personal dan intim. Alih-alih menonjolkan sisi turistiknya, visual film ini justru terasa sepi, dingin, dan sendu—selaras dengan atmosfer emosional karakter. Tata artistik tampil minimalis, namun memiliki fungsi naratif yang kuat. Palet warna netral dengan semburat dingin memperkuat kesan keterasingan dan kerinduan dalam diri para tokoh.


Musik Skoring & Tata Suara

Skoring dalam film ini tidak berusaha mendominasi, namun justru menegaskan nuansa hening sebagai medium komunikasi. Beberapa momen kunci hanya diiringi oleh ambient sound atau instrumen lembut, sehingga tiap letupan emosi terasa lebih membekas. Penataan suara dieksekusi dengan cermat, terutama dalam mengatur dinamika antara percakapan dan keheningan. Sunyi menjadi ruang, bukan kekosongan.


Wardrobe / Outfit

Busana yang dikenakan para karakter tidak hanya mencerminkan latar geografis dan musim, namun juga kondisi psikologis mereka. Gaya berbusana yang sederhana namun presisi ini menunjukkan perhatian pada detil: warna-warna pastel dan earth-tone mendominasi lemari karakter utama, mendukung tone emosional cerita yang penuh nuansa kehangatan yang tertahan.


Tema & Relevansi Sosial

Film ini berbicara tentang perpisahan, bukan hanya sebagai akhir dari relasi, tetapi sebagai titik balik menuju pemahaman diri. Tema kehilangan dalam diaspora, pencarian makna dalam relasi lintas budaya, hingga pentingnya membangun ruang aman dalam perpisahan menjadikan Sampai Jumpa Selamat Tinggal relevan bagi generasi urban yang sering bergulat dengan identitas dan batas emosi. Ini bukan kisah cinta biasa—ini adalah memoar sunyi tentang keberanian mencintai dan melepaskan.


Kesimpulan

Sampai Jumpa Selamat Tinggal adalah film yang mengajak penontonnya merenung, bukan berfantasi. Adriyanto Dewo mengeksekusi kisah ini dengan kepekaan sinematik yang tajam, menempatkan aktor-aktornya dalam ruang yang organik, dan membangun pengalaman menonton yang kontemplatif. Ini bukan tontonan instan, melainkan sebuah pengalaman sinema yang mengandalkan kesadaran emosional penontonnya.


Nilai Akhir

8.7 / 10

Film ini adalah sebuah elegi visual yang mendalam—sebuah surat cinta bagi mereka yang belajar berdamai dengan luka, dan menyadari bahwa kadang, perpisahan adalah bentuk paling tulus dari cinta.


ULASAN FILM "ANGEL POL"

 

SINOPSIS

Film ANGEL POL menggambarkan perjalanan dua individu dari latar belakang berbeda yang dipertemukan oleh keadaan: Jati, seorang mahasiswa seni rupa yang tersingkir dari kampus karena idealismenya, dan Lastri, seorang perempuan desa yang tertipu calo kerja. Tanpa banyak pilihan, keduanya membentuk grup musik keliling, membawa semangat hidup lewat orkes dangdut koplo yang tidak hanya menjadi hiburan rakyat, tapi juga wadah kritik terhadap realitas sosial.


CERITA & NASKAH

Asaf Antariksa menulis cerita dengan fondasi kritik sosial yang dibungkus dalam kemasan ringan. Konflik tidak diledakkan dengan cara agresif, melainkan hadir dalam irisan-irisan halus melalui percakapan dan perjalanan karakter. Cerita berkembang dari tragedi personal ke bentuk perlawanan kolektif, tanpa meninggalkan humor khas rakyat. Walau penyampaiannya terasa santai, ide-ide tajam tentang ketimpangan, eksploitasi, dan perlawanan kelas tetap tersisipkan dengan rapi.


PENYUTRADARAAN

Hanny R. Saputra membawa nafas baru dalam filmografi lokal dengan memadukan elemen drama musikal dan komedi satir. Gaya penyutradaraannya terasa percaya diri dalam membaurkan antara narasi sosial dan pertunjukan koplo yang penuh warna. Ia tidak menjejalkan pesan secara gamblang, melainkan menyelipkannya melalui nuansa, pilihan gambar, dan performa panggung yang menjadi pusat gravitasi cerita. Beberapa adegan terasa lebih ringan dari potensinya, tapi eksekusi keseluruhan tetap terkendali.


AKTING & PENDALAMAN KARAKTER

  • Michelle Ziudith tampil berani sebagai Lastri, menciptakan sosok perempuan yang tangguh, lugu, tapi cepat belajar menghadapi kerasnya realitas. Ia menampilkan transformasi emosional yang kredibel, termasuk lewat aksi panggungnya sebagai biduan koplo.

  • Bhisma Mulia membangun karakter Jati dengan presisi: intelektual, keras kepala, namun tetap rapuh sebagai manusia. Ia menjadi penyeimbang energi antara sisi politis dan sisi komikal film.

  • Para pemeran pendukung—termasuk Jolene Marie, Dayu Wijanto, Toni Belok Kiri hingga Bogang Bakar—menyempurnakan atmosfer film dengan kehadiran yang autentik dan mencuri perhatian pada momen-momen tertentu.


TATA ARTISTIK & SINEMATOGRAFI

Visual film ini menampilkan kontras kuat antara latar desa, kampus, dan panggung keliling. Truk panggung dangdut dihidupkan dengan detail yang tidak hanya menarik mata, tetapi juga memuat simbol-simbol resistensi dari rakyat kecil. Warna-warna cerah dari kostum dan pencahayaan konser menjadi simbol harapan di tengah latar kehidupan yang suram. Pengambilan gambar juga tidak berlebihan, lebih mengandalkan dinamika blok panggung dan ekspresi karakter untuk menyampaikan makna.


MUSIK & TATA SUARA

Musik adalah jantung dari Angel Pol. Lagu-lagu koplo seperti “Angel Pol” dan “Pepes Rempelo” bukan sekadar hiburan, tetapi menyuarakan keresahan sosial dengan cara yang mudah dicerna dan menggelitik. Michelle menyanyikannya secara live tanpa lipsync—keputusan yang memberi kejujuran pada performanya. Tata suara pun dirancang untuk memperkuat suasana—dari riuh panggung, tawa penonton, hingga keheningan personal para tokohnya.


KOSTUM & TAMPILAN

Lastri tampil mencolok dengan gaya biduan koplo khas: penuh kilau, rok mini, sepatu boots, dan pernak-pernik lokal. Gaya panggungnya menjadi pernyataan visual tentang eksistensi perempuan di ruang publik rakyat. Sebaliknya, Jati berpakaian sederhana namun tetap ekspresif sebagai seniman jalanan, menunjukkan perlawanan terhadap formalisme. Wardrobe masing-masing karakter sangat mendukung pembentukan narasi sosial mereka.


TEMA & KONTEKS SOSIAL

Angel Pol bukan hanya kisah tentang musik dan cinta, melainkan juga refleksi tentang perjuangan masyarakat pinggiran. Film ini menyuarakan keberanian untuk bersuara, menghadirkan panggung kecil sebagai metafora panggung yang lebih besar—masyarakat. Tanpa harus menggurui, film ini mengangkat isu sosial dengan sentuhan ringan, tetapi tetap tajam dalam implikasi.


KESIMPULAN

Angel Pol adalah film yang menyenangkan secara musikal dan menggugah secara tematik. Ia merayakan dangdut koplo bukan sekadar genre musik, tetapi sebagai bentuk ekspresi sosial. Penyutradaraan yang enerjik, akting yang jujur, serta keberanian memainkan narasi sosial melalui seni pertunjukan menjadikannya karya yang patut diapresiasi.


NILAI AKHIR: 8.5 / 10

Film ini adalah sajian segar dan berani, menghadirkan humor, musik, dan kesadaran sosial dalam porsi yang tepat. Angel Pol bukan hanya hiburan, tapi juga panggilan untuk melihat lebih dalam soal siapa yang layak bicara, dari atas panggung rakyat.

GALA PREMIERE “NARIK SUKMO” TAMPILKAN PERPADUAN HOROR, TRADISI DAN KONFLIK BATIN

Jakarta, 24 Juni 2025 – Epicentrum XXI menjadi saksi kemegahan malam pemutaran perdana film Narik Sukmo, sebuah karya horor terbaru produksi Mesari Pictures dan JP Pictures yang menggugah rasa dan nalar penonton. Mengusung tema besar tentang jiwa, dendam, dan pengkhianatan masa silam, film ini disutradarai oleh Indra Gunawan, dengan skenario ditulis oleh Evelyn Afnilia, berdasarkan novel karya Dewie Sofia.

Dihelat dalam suasana eksklusif dan penuh antisipasi, acara gala premiere turut dihadiri oleh para pemain utama seperti Febby Rastanty, Aliando Syarief, Dea Annisa, Teuku Rifnu Wikana, Nugie, Kinaryosih, Yama Carlos, Maryam Supraba, hingga Elly D. Luthan. Turut hadir pula tim produksi, termasuk Produser Eksekutif Darmawan Surjadi dan Produser Mulyadi JP.

16 Juni 2025

LEWAT GALA PREMIERENYA “SYIRIK: DANYANG LAUT SELATAN” MEMBUKTIKAN CERITA SPEKTAKULER BERTAJUK BUDAYA LOKAL

Sebuah Malam Mistis yang Membuka Layar Budaya dan Horor Spiritual Indonesia

Jakarta, 16 Juni 2025 — Lobi utama XXI Epicentrum malam ini berubah menjadi ruang lintas dimensi: antara dunia nyata dan gaib, antara kearifan lokal dan teror spiritual. Inilah malam Gala Premiere “Syirik: Danyang Laut Selatan”, film terbaru besutan Ganesa Films yang disutradarai oleh Hestu Saputra dan diproduseri oleh Chandir Bhagwandas. Satu malam yang menjadi selebrasi sekaligus penanda kembalinya horor bernarasi mendalam ke layar lebar Indonesia.

Dengan karpet merah yang disesaki bintang pemain, awak media, tamu undangan baik umum maupun artis papan atas ibukota, hingga pegiat budaya. Atmosfer malam itu tak sekadar meriah, tapi juga mengandung aura sakral. Tidak berlebihan, sebab film ini bukan sekadar horor, melainkan sebuah tafsir sinematik tentang benturan antara iman dan kegelapan—di mana mitos lokal menjadi fondasi naratif yang kuat.

05 Juni 2025

PRESS CONFERENCE & GALA PREMIERE FILM “SAMPAI JUMPA, SELAMAT TINGGAL”

Drama Cinta yang Menggugah Emosi dalam Balutan Gaya dan Ketajaman Visual

Jakarta, 2 Juni 2025 – Layar perfilman Indonesia kembali diramaikan dengan sebuah karya terbaru yang menjanjikan sentuhan emosi mendalam dan keotentikan cerita: Sampai Jumpa, Selamat Tinggal. Film hasil kolaborasi antara Adhya Pictures dan Relate Films ini resmi diperkenalkan kepada publik dalam acara Press Conference sekaligus Gala Premiere yang digelar di Metropole XXI, Jakarta. Disutradarai oleh Adriyanto Dewo dan diproduseri oleh Perlita Desiani serta Shierly Kosasih, film ini dijadwalkan tayang di bioskop mulai 5 Juni 2025.

Membawa genre drama romantis dengan pendekatan yang lebih tajam dan emosional, Sampai Jumpa, Selamat Tinggal mengeksplorasi dinamika hubungan cinta yang tidak ideal—mulai dari luka akibat ghosting hingga sisi gelap dari hubungan yang tidak sehat. Cerita berfokus pada karakter Wyn (Putri Marino), seorang perempuan yang terluka karena ditinggalkan Dani (Jourdy Pranata), dan perjalanannya menuju Korea Selatan demi mendapatkan kejelasan. Di negeri asing itu, ia bertemu Rey (Jerome Kurnia), seorang pekerja migran yang tanpa disangka justru menjadi penyelamat emosionalnya.

Visi Visual dan Estetika Gaya: “Your Kind of Edgy”

Gala Premiere malam itu tak hanya menyorot filmnya, tetapi juga menjadi ajang selebrasi visual lewat tema busana “Your Kind of Edgy” yang diusung para pemain. Penampilan para cast menjadi refleksi dari karakter mereka di layar:


  • Jerome Kurnia tampil mencolok dalam setelan kulit hitam mengilap berpadu inner metalik emas transparan—mewakili sisi flamboyan Rey yang menyembunyikan kesepian.



  • Jourdy Pranata hadir dengan gaya earthy lewat cropped tartan blazer yang memperlihatkan kontras karakter Dani, misterius namun penuh konflik.



  • Lutesha mencuri perhatian dalam coat kulit merah menyala yang senada dengan karakter gangster Vanya yang agresif dan penuh kendali.



  • Kiki Narendra menampilkan sisi klasik-rebel lewat paduan jaket kulit dan jeans robek, selaras dengan karakter Anto yang keras kepala namun penuh kepedulian.

22 Mei 2025

UMUMKAN POSTER DAN TRAILER RESMI FILM "SORE: ISTRI DARI MASA DEPAN", CERITA FILM MENYUGUHKAN DRAMA FANTASI ROMANTIS SARAT EMOSI

Jakarta, 22 Mei 2025 — Cerita Films secara resmi memperkenalkan poster dan cuplikan perdana dari film drama romantis terbarunya, Sore: Istri dari Masa Depan, dalam sebuah press conference yang dihadiri oleh jajaran pemain dan tim kreatif. Disutradarai oleh Yandy Laurens dan diproduseri oleh Suryana Paramita, film ini dijadwalkan tayang serentak di bioskop Indonesia mulai 10 Juli 2025.

Film ini menghadirkan cerita unik tentang cinta, waktu, dan harapan, lewat sosok Sore (Sheila Dara), seorang perempuan dari masa depan yang datang untuk mengubah arah hidup Jonathan (Dion Wiyoko), pasangannya di masa kini. Dengan membawa misi pribadi dan rahasia besar, kehadiran Sore membuka lembaran baru dalam kehidupan Jonathan—namun tidak tanpa konsekuensi.

FILM “LEGENDA KELAM MALIN KUNDANG”: PERKENALAN RESMI PEMERAN DAN VISI SINEMATIK

 

Jakarta, 19 Mei 2025 — Satu lagi proyek film nasional berskala besar resmi diperkenalkan ke publik. Bertempat di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, rumah produksi Come and See Pictures bekerja sama dengan Rapi Films dan Legacy Pictures, secara resmi mengumumkan deretan pemeran utama film terbarunya yang berjudul "Legenda Kelam Malin Kundang". Film ini digarap sebagai reinterpretasi kontemporer dari legenda rakyat Minangkabau, dengan pendekatan naratif yang lebih kelam, kompleks, dan psikologis.

Film ini diarahkan oleh dua sutradara muda berbakat, Kevin Rahardjo dan Rafki Hidayat, yang untuk pertama kalinya memimpin sebuah film panjang bersama. Kevin dikenal lewat rekam jejak film pendek berprestasi internasional seperti Parasomnia dan Followers, sementara Rafki dikenal sebagai penulis dan sineas di balik film Kafir serta serial horor orisinal Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams. Kolaborasi keduanya diharapkan mampu membawa nuansa baru dalam pengisahan ulang kisah Malin Kundang.

“WAKTU MAGHRIB 2” : TEROR MASSAL DAN MITOS LOKAL DIHIDUPKAN KEMBALI LEWAT SINEMA

Jakarta, 21 Mei 2025 – Rapi Films bersama Sky Media, Legacy Pictures, Rhaya Flicks, dan Kebon Studio secara resmi memperkenalkan film lanjutan dari semesta horor mereka, Waktu Maghrib 2, yang dijadwalkan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 28 Mei 2025. Film ini menghadirkan kembali Sidharta Tata sebagai sutradara dan Gope T. Samtani sebagai produser, melanjutkan kesuksesan pendahulunya yang dirilis pada 2023.

Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Sidharta Tata menjelaskan bahwa film ini membawa pendekatan yang lebih kolektif terhadap rasa takut. “Kami ingin memperluas cakupan horor dalam cerita ini, bukan hanya sekadar menakut-nakuti lewat individu, tapi menunjukkan bagaimana teror bisa melumpuhkan satu komunitas secara bersamaan,” ujarnya.

Diperkaya dengan mitologi Ummu Sibyan yang dikenal dalam kepercayaan masyarakat sebagai entitas yang aktif saat matahari terbenam, film ini membangun ketegangan melalui ketakutan yang terasa sangat dekat dan akrab dengan kultur lokal.

21 Mei 2025

GANESA FILMS MERILIS POSTER DAN TRAILER RESMI FILM HOROR "SYIRIK (DANYANG LAUT SELATAN)"

Atmosfer Magis dan Teror Budaya Jawa Hadir Kuat, Nikita Mirzani Curahkan Totalitas sebagai Penari Ledhek.

Jakarta, 20 Mei 2025 — Rumah produksi Ganesa Films resmi memperkenalkan poster dan trailer perdana dari film horor terbarunya, “Syirik (Danyang Laut Selatan)”, dalam sebuah peluncuran yang digelar di Cinepolis Senayan Park, Jakarta. Acara tersebut turut dihadiri para pemeran utama seperti Richele Skornicki, Donny Alamsyah, Kinaryosih, dan Totos Rasiti, yang secara eksklusif menyaksikan penayangan perdana trailer di layar lebar dan memperkenalkan poster resmi kepada publik.

Disutradarai oleh Hestu Saputra, film ini menjanjikan pengalaman sinematik yang tak hanya menghadirkan kengerian visual, tetapi juga menyentuh secara emosional. “Syirik (Danyang Laut Selatan)” menggabungkan elemen horor supranatural dengan drama keluarga, mitologi lokal, dan dinamika sosial khas desa pesisir Jawa.

Film ini dibintangi oleh Richele Skornicki sebagai Sari, Teuku Rasya sebagai Said, Nikita Mirzani sebagai Ningsih, Donny Alamsyah sebagai Ki Dalang, Kinaryosih sebagai Santika (Ibu Sari), Totos Rasiti sebagai Lurah, Staniafirasti sebagai Bu Lurah, Pritt Timothy sebagai Romo, Seteng Adja sebagai Mbah Wito, serta Mila Rosinta sebagai sosok mistis Danyang. Film dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada 19 Juni 2025.

PERILISAN POSTER & TRAILER RESMI, SERTA SOUNDTRACK FILM “ASSALAMUALAIKUM BEIJING 2: LOST IN NINGXIA”

 
OFFICIAL POSTER

ASSALAMUALAIKUM BEIJING 2 : LOST IN NINGXIA

05 Mei 2025

FALCON PICTURES RILIS OFFICIAL POSTER DAN TRAILER FILM "KELUARGA SUPER IRIT"

OFFICIAL POSTER KELUARGA SUPER IRIT
KELUARGA SUPER IRIT" — Sajian Komedi Keluarga yang Penuh Makna dan Tawa.

25 April 2025

ULASAN FILM "SAH KATANYA"

 

ULASAN FILM: SAH KATANYA

Produksi: MVP Pictures & Kebon Studio
Sutradara: Loeloe Hendra
Penulis: Sidharta Tata, Dirmawan Hatta, Loeloe Hendra
Pemeran: Nadya Arina, Dimas Anggara, Calvin Jeremy, Della Dartyan, M. N. Qomaruddin, Rahmet Ababil, Landung Simatupang, dan lainnya


SINOPSIS

Dalam Sah Katanya, kita diajak masuk ke dalam dunia Marni (Nadya Arina), seorang perempuan muda yang baru saja kehilangan ayahnya secara mendadak. Namun duka itu belum selesai ketika ia mendapati sebuah permintaan terakhir yang mengejutkan—ia harus menikah di depan jenazah sang ayah dengan lelaki yang telah dipilihkan sebelumnya, Marno (Dimas Anggara). Wasiat itu bukan sekadar simbol tradisi, tetapi satu-satunya jalan menyelamatkan keluarganya dari jerat utang yang besar.

Di tengah tekanan batin, Marni dihadapkan pada pilihan yang mustahil: tetap bersama Adi (Calvin Jeremy), cinta sejatinya, atau berbakti pada ayah dan mempertaruhkan seluruh arah hidupnya demi keluarga. Sebuah keputusan yang memaksa penonton ikut bertanya: antara cinta, kewajiban, dan warisan nilai-nilai, mana yang layak diperjuangkan?


CERITA & NASKAH

Plot Sah Katanya berdiri di atas fondasi yang kuat: konflik klasik antara cinta dan kewajiban, namun disajikan dalam konteks budaya lokal yang khas dan penuh nuansa. Naskahnya tidak hanya berani, tetapi juga cermat—menyentuh ranah moral, tradisi, dan tekanan keluarga tanpa menjadi melodramatis.

Penulis—Sidharta Tata, Dirmawan Hatta, dan Loeloe Hendra—membawa isu besar dengan pendekatan yang intim. Konflik tidak digambarkan sebagai benturan hitam-putih, melainkan abu-abu, kompleks, dan manusiawi. Dialog-dialognya bernas, emosional tanpa kehilangan logika, serta kuat secara simbolik terutama dalam adegan-adegan kunci.


PENYUTRADARAAN

Loeloe Hendra berhasil mengendalikan atmosfer film dengan gaya yang tenang tapi menghantui. Ia memilih untuk tidak membesar-besarkan emosi, namun membiarkannya mengendap lewat ekspresi, gerak tubuh, dan sunyi yang berbicara. Pilihan ritme lambat di beberapa bagian mungkin terasa seperti menguji kesabaran, namun sebetulnya justru memperkuat kesan “tercekik” yang dialami karakter utamanya.

Transisi visual dan tone emosional terasa konsisten, dan ini menunjukkan kematangan dalam penyutradaraan.


AKTING & ANALISIS KARAKTER

Nadya Arina memberikan performa yang sangat kuat sebagai Marni. Ia menampilkan spektrum emosi dengan intensitas terukur, dari kepedihan kehilangan hingga kegamangan antara menyerah atau melawan. Dalam sorot mata dan gestur tubuhnya, kita bisa merasakan seorang perempuan muda yang tertindih oleh keputusan orang lain.

Dimas Anggara sebagai Marno tampil tidak seperti biasanya—lebih pendiam, kaku, namun menyimpan kedalaman, membuat karakternya menjadi teka-teki moral. Sementara Calvin Jeremy sebagai Adi menjadi lambang dari pilihan yang (seolah) lebih mudah tapi tidak realistis, dan ia bermain dengan sangat empatik.

Pemeran pendukung seperti Della Dartyan dan Landung Simatupang turut menambah lapisan emosional film ini dengan sangat solid. Tidak ada karakter yang hadir sebagai tempelan; semuanya berkontribusi pada narasi besar.


SINEMATOGRAFI & TATA ARTISTIK

Visual dalam Sah Katanya memainkan simbolisme dengan apik. Penggunaan warna-warna dingin dan ruang-ruang sempit mempertegas kesan terkurung yang dialami Marni. Kamera cenderung diam, memberi ruang bagi aktor untuk “bernapas” dan menyampaikan narasi secara visual.

Ada beberapa shot yang terasa seperti lukisan—hening tapi penuh tekanan. Pengambilan gambar di sekitar rumah duka hingga ruang pernikahan mendadak memberikan rasa absurd dan tragis yang kuat.


SKOR MUSIK & TATA SUARA

Musik pengiring dalam film ini tidak mendominasi, namun hadir sebagai perasaan latar yang merembes pelan ke bawah kulit. Skoringnya subtil, kadang hanya suara ambient yang memperkuat kehampaan. Tidak banyak musik yang ‘menggiring’ emosi penonton, justru memberi ruang untuk interpretasi personal.

Tata suara juga jernih dan efektif, terutama saat menghadirkan nuansa rumah, malam, dan suasana duka yang menegangkan tapi sunyi.


WARDROBE & PENATAAN BUSANA

Pakaian para karakter terasa autentik, sesuai latar sosial keluarga Marni dan Marno. Tak ada yang berlebihan, justru kekuatan terletak pada kesederhanaan. Gaun pengantin Marni—yang dikenakan dalam momen paling absurd dalam film—menjadi simbol ironis dari janji yang tidak diinginkan, dan kostum ini diolah secara estetis tanpa perlu dramatisasi.


TEMA & RELEVANSI SOSIAL

Sah Katanya adalah komentar tajam tentang bagaimana warisan budaya, tradisi, dan hutang keluarga bisa membelenggu seseorang, terutama perempuan, dalam sistem sosial patriarkis. Film ini bukan sekadar kisah cinta yang kandas, tetapi juga kritik sosial tentang pemaksaan kehendak dalam balutan “wasiat” dan “bakti”.

Film ini mengundang diskusi tentang batas antara menghormati orang tua dan memperjuangkan kendali atas hidup sendiri. Tema ini terasa relevan, khususnya bagi generasi muda yang masih harus bernegosiasi antara modernitas dan tradisi.


KESIMPULAN

Sah Katanya adalah drama sosial yang berani dan emosional, dengan pendekatan sinematik yang tenang namun menghujam. Ia menyampaikan pesan yang kuat tentang cinta, pengorbanan, dan kendali atas hidup sendiri—dengan cara yang puitis tapi tetap membumi.

Dengan penyutradaraan yang rapi, akting yang solid, serta naskah yang penuh refleksi, film ini menawarkan lebih dari sekadar cerita sedih. Ia mengajak penonton berpikir ulang tentang “restu” dan “takdir” dalam ranah rumah tangga dan budaya.


NILAI AKHIR

Aspek    Penilaian
Cerita & Naskah    8.8
Penyutradaraan    9.0
Akting & Karakter    8.9
Sinematografi & Artistik    8.7
Musik & Tata Suara    8.5
Tema & Pesan Sosial    9.2
Total Rata-rata    8.85 / 10

24 April 2025

OFFICIAL TRAILER "WAKTU MAGHRIB 2" RESMI DIRILIS, TEROR MAGIS DARI SENJA KEMBALI MENGINTAI

 

Rapi Films bersama Sky Media, Legacy Pictures, Rhaya Flicks, dan Kebon Studio resmi merilis trailer perdana film horor terbaru mereka, WAKTU MAGHRIB 2. Setelah kesuksesan film pertamanya yang berhasil mengguncang jagat perfilman horor tanah air, sekuel ini menjanjikan intensitas teror yang lebih mencekam, dengan sentuhan mitos lokal yang semakin gelap.

Disutradarai oleh Sidharta Tata, yang kembali memegang kendali setelah keberhasilan film pertamanya, WAKTU MAGHRIB 2 diproduseri oleh Gope T. Samtani—salah satu produser legendaris di industri film Indonesia. Film ini menghadirkan deretan pemeran muda berbakat hingga aktor kawakan, antara lain Omar Daniel, Anantya Rezky Kirana, Sulthan Hamonangan, Ghazi Alhabsy, dan Muzakki Ramdhan, serta turut dibintangi oleh Sadana Agung, Nopek, Fita Anggriani, Bagas Pratama Saputra, Maychelina Anis, Bonifasius Jose Mariano, dan Buyung Ispramadi.

UMBARA BROTHERS FILM RESMI LUNCURKAN OFFICIAL POSTER DAN TRAILER FILM "GUNDIK"

 

Jakarta, 23 April 2025 — Suasana Rabu sore di XXI City Plaza Jatinegara berubah penuh antusias ketika Umbara Brothers Film resmi merilis official poster dan trailer dari film terbaru mereka yang berjudul GUNDIK. Sebuah karya kolaboratif yang menggandeng Makara Production, 786 Production, RUMPI Entertainment, dan Role Entertainment, film ini menjanjikan drama historis dengan atmosfer emosional yang intens dan sinematik.

Disutradarai oleh sineas visioner Anggy Umbara, yang juga duduk sebagai produser bersama Indah Destriana, Shankar RS, dan Mohit NV, GUNDIK menghadirkan cerita yang menggali sisi gelap dari kekuasaan dan hubungan terlarang di tengah gejolak zaman.

ULASAN FILM MUSLIHAT

 

Judul: MUSLIHAT

Produksi: IM Pictures
Produser: Raden Brotoseno, Tata Janeeta, Budi Setiaji Susilo, Bugie
Penulis Skenario: Evelyn Afnilia
Sutradara: Chairun Nissa
Pemeran Utama: Asmara Abigail, Edward Akbar, Tata Janeeta, Ajeng Giona, Ence Bagus, Fatih Unru, Keanu Azka, Athar Barakbah, dkk.


Sinopsis

MUSLIHAT membuka tirai pada konflik interpersonal dalam sebuah keluarga besar yang terjebak dalam labirin warisan, rahasia masa lalu, dan ambisi pribadi. Ketika tokoh sentral, seorang perempuan karismatik dengan masa lalu kelam (diperankan Asmara Abigail), pulang kampung untuk menghadiri peringatan kematian ayahnya, berbagai lapis konflik mulai terkuak—dari kecemburuan saudara, skandal lama, hingga permainan politik internal yang mengejutkan. Film ini menjelajahi batas antara kebenaran dan rekayasa dalam hubungan manusia.


Cerita & Naskah

Evelyn Afnilia membingkai kisah ini dengan lapisan dramatik yang dibangun perlahan namun menghantui. Ia tidak hanya menghadirkan narasi, melainkan mengajak penonton mengupas satu per satu "muslihat" yang tersimpan rapi dalam dialog-dialog tajam dan dinamika antarkarakter yang intens. Naskahnya menolak simplifikasi moral. Setiap karakter memiliki kepentingan, setiap tindakan punya konsekuensi, dan tidak ada yang benar-benar polos ataupun jahat. Ini menjadikan MUSLIHAT lebih dari sekadar drama keluarga—ia menjelma menjadi refleksi kompleksitas manusia itu sendiri.


Penyutradaraan

Chairun Nissa menunjukkan kendali penyutradaraan yang matang. Ia memahami betul tempo emosional yang dibutuhkan film ini—ia tidak tergesa dalam menyampaikan informasi, tapi juga tidak membiarkan ketegangan meredup. Nissa memaksimalkan potensi ruang dan momen senyap untuk membangun suasana yang mendesak. Perpindahan antar adegan terasa organik dan penuh intensi, menunjukkan penataan dramaturgi yang solid dan penuh kehati-hatian.


Akting

Asmara Abigail kembali membuktikan kelasnya. Karakter yang ia mainkan kompleks—rentan, keras kepala, sekaligus penuh pesona manipulatif. Edward Akbar dan Tata Janeeta memberikan kontras menarik sebagai dua kutub karakter yang sama-sama memendam luka lama. Fatih Unru dan Keanu Azka menjadi representasi generasi muda yang terjebak dalam konflik para pendahulu mereka—penampilan mereka menyuntikkan vitalitas pada narasi yang dominan kelam. Ensemble cast-nya seimbang, masing-masing aktor memiliki momen kuat tersendiri, baik dalam adegan dialog maupun gestur-gestur tak bersuara.


Analisis Karakter

Setiap tokoh dalam MUSLIHAT hadir sebagai lapisan puzzle yang perlahan saling mengisi. Evelyn Afnilia tidak menulis karakter hanya sebagai penjalin cerita, melainkan sebagai dunia tersendiri. Hubungan antar karakter dibentuk dari trauma kolektif yang tak diungkapkan secara verbal, tetapi dibaca melalui sikap, reaksi, dan bahkan diam. Karakter utama bukanlah pahlawan, melainkan cermin dari keputusan yang gagal disesali dan cinta yang tak tersampaikan.


Tata Artistik & Sinematografi

Tata artistik film ini sangat memperhitungkan simbolisme. Ruang-ruang dalam rumah tua tempat sebagian besar konflik berlangsung bukan sekadar latar, tetapi metafora hidup—gelap, sempit, penuh barang-barang lama yang menjadi saksi bisu kebusukan relasi keluarga. Sinematografi dari kamera statis hingga gerak lambat dibalut dengan palet warna kusam, menunjukkan beban sejarah yang menindih tiap adegan. Beberapa komposisi gambar layak disejajarkan dengan lukisan renaisans—penuh emosi dan cerita dalam setiap frame.


Musik Skoring & Tata Suara

Musik latar MUSLIHAT bekerja subtil namun efektif, dengan dominasi instrumen gesek dan pukul rendah yang menciptakan atmosfer gelisah tanpa harus dramatis berlebihan. Skoringnya tidak hanya memperkuat emosi, tetapi juga menambah lapisan interpretatif atas narasi. Tata suara juga dieksekusi secara presisi; momen-momen keheningan kadang lebih menegangkan daripada teriakan, menunjukkan bagaimana desain suara film ini berpihak pada pengalaman psikis penonton.


Wardrobe / Outfit

Kostum dalam MUSLIHAT tidak berteriak untuk dikenali, tetapi menyatu dengan karakter. Setiap pakaian mencerminkan status sosial, kondisi psikologis, dan bahkan perkembangan naratif karakter tersebut. Desain wardrobe-nya memperkuat setting dan tone film tanpa kehilangan fungsinya sebagai penanda identitas tokoh—sebuah keseimbangan yang tidak mudah dicapai.


Tema & Relevansi Sosial

MUSLIHAT bukan hanya drama keluarga. Ia adalah kritik sosial terhadap bagaimana trauma generasi bisa diwariskan secara tidak sadar. Tema warisan, kesetaraan gender dalam ruang keluarga patriarkal, dan manipulasi dalam hubungan darah menjadi pokok utama. Di tengah meningkatnya kesadaran akan kesehatan mental dan rekonsiliasi emosional antar generasi, film ini hadir sangat relevan dan kontemporer.


Kesimpulan

MUSLIHAT adalah drama yang cerdas, tajam, dan memikat secara emosional. Dengan penulisan yang matang, penyutradaraan presisi, dan penampilan akting yang menyentuh, film ini berhasil menjelma menjadi potret kelam keluarga Indonesia dengan lensa humanistik yang dalam. Ia bukan tontonan yang ringan, tapi justru karena itulah ia penting. Film ini mengajak kita menelisik bukan hanya apa yang terlihat, tapi apa yang selama ini disembunyikan.


Nilai Akhir: 8 / 10

Film ini layak mendapat tempat di ranah sinema nasional yang mengedepankan kualitas naratif dan kekuatan sinematik. Sebuah karya yang pantas diperbincangkan, ditonton ulang, dan direnungi.

FILM “MENDADAK DANGDUT”: SEBUAH HARMONI CERITA, KOMEDI, DAN WARISAN MUSIK INDONESIA

 

Foto Saat Press Conference. Doc by Serba Film

Jakarta, 22 April 2025 — Industri film Tanah Air kembali diramaikan oleh sebuah karya layar lebar yang mengusung semangat musik lokal sebagai identitas budaya: Mendadak Dangdut. Pada hari Senin, 22 April 2025, Sinemart berkolaborasi dengan Amadeus Sinemagna menggelar konferensi pers dan pemutaran perdana film ini di XXI Epicentrum, Jakarta. Acara ini dipadati oleh para insan perfilman, jurnalis, serta tamu undangan yang turut menyambut kehadiran para pemain dan tim produksi dengan antusiasme tinggi.

Di tengah suasana yang penuh tawa dan tepuk tangan, para pemeran utama seperti Anya Geraldine, Keanu Angelo, Aisha Nurra Datau, hingga Wika Salim tampil menyapa publik. Sutradara Monty Tiwa bersama para produser — Mgs Fahry Fachrudin dan Wendhy Antono — serta jajaran eksekutif produser yang terdiri dari Sutanto Hartono, David Setiawan Suwarto, Indra Yudhistira, dan Morin Chandra, juga hadir memberikan pandangan mereka tentang proses kreatif dan visi besar film ini.


PRESS CONFERENCE "SAH KATANYA": NARASI PATAH HATI, WASIAT TAK TERDUGA, DAN CINTA YANG TERUJI

Foto Saat Press Conference. Doc by Serba Film
 

Jakarta, 16 April 2025, XXI Epicentrum — Suasana penuh rasa ingin tahu dan ketegangan emosional terasa di sesi konferensi pers film terbaru besutan MVP Pictures dan Kebon Studio, SAH KATANYA. Acara ini menjadi momen penting bagi insan perfilman, menandai kolaborasi sinematik yang melibatkan sejumlah nama besar di balik layar maupun para pemeran utama.

Diproduseri oleh Raam Punjabi dan Albert, serta dikawal oleh Anita Whora sebagai eksekutif produser, film ini merupakan karya garapan sutradara Loeloe Hendra yang juga berperan sebagai salah satu penulis naskah bersama Sidharta Tata dan Dirmawan Hatta. Di hadapan awak media, mereka memperkenalkan film yang akan hadir dengan konflik emosional intens yang berpijak pada persoalan cinta, loyalitas, dan harga diri.

Jalan Cerita: Di Antara Cinta dan Amanah

SAH KATANYA membuka kisahnya dengan tragedi: Marni (diperankan oleh Nadya Arina) sedang berduka atas wafatnya sang ayah. Namun duka itu berubah menjadi keterkejutan ketika ia menemukan permintaan terakhir ayahnya—menikah dengan Marno (Dimas Anggara), pria pilihan ayahnya, tepat di hadapan jenazah.

Kondisi ini membuat Marni terjebak dalam dilema sulit. Di satu sisi, ada cinta yang telah lama tumbuh bersama Adi (Calvin Jeremy), namun di sisi lain, ada tanggung jawab besar untuk menyelamatkan keluarganya dari utang besar jika wasiat itu tak dijalankan.

Pendalaman Karakter dan Tantangan Emosional

Nadya Arina menjelaskan bagaimana perannya sebagai Marni menuntut eksplorasi emosional yang dalam dan tidak biasa. "Ini bukan sekadar cerita cinta biasa. Ada lapisan psikologis yang harus saya pahami dan hayati," ungkapnya.

Dimas Anggara juga menyoroti kompleksitas tokoh Marno yang tidak hitam-putih. Sementara Calvin Jeremy mengaku bahwa tokoh Adi merefleksikan suara banyak orang yang merasa kehilangan karena harus berhadapan dengan keputusan di luar logika cinta.

Loeloe Hendra menyampaikan bahwa sebagai sutradara, ia ingin mengangkat nilai-nilai moral dari sudut yang lebih manusiawi. “Film ini menggugah, karena berbicara tentang batas antara kehendak pribadi dan pengorbanan demi keluarga,” jelasnya.

Kesiapan Rilis dan Harapan

Dengan jajaran pemain pendukung seperti M. N. Qomaruddin, Rahmet Ababil, Della Dartyan, hingga Landung Simatupang dan Hargi Sundari, SAH KATANYA diyakini memiliki kekuatan ensemble yang mampu membangun atmosfer dramatik yang solid.

Film ini akan mulai tayang secara nasional pada 24 April 2025, dan menjadi harapan baru dari MVP Pictures untuk mempersembahkan karya sinema yang mampu menyentuh relung emosi penonton sekaligus menggugah refleksi sosial.

"PERANG KOTA": SEBUAH MOZAIK CINTA, PERLAWANAN, DAN LUKA DI TENGAH JAKARTA 1946

 

FOTO PRESS CONFERENCE PERANG KOTA. Doc by Serba Film

Jakarta, 21 April 2025 — Sebuah karya sinematik bertaraf internasional resmi diperkenalkan kepada publik dalam sesi Press Conference yang digelar di Epicentrum XXI, Jakarta. Film bertajuk Perang Kota, buah karya sutradara Mouly Surya—yang telah dua kali memenangkan Piala Citra sebagai Sutradara Terbaik—siap menyapa penonton di layar lebar mulai 30 April 2025.

Disokong oleh kolaborasi multinasional antara Cinesurya Pictures, Starvision Plus, dan Kaninga Pictures bersama sejumlah rumah produksi dari Asia hingga Eropa, Perang Kota diadaptasi dari novel legendaris karya Mochtar Lubis Jalan Tak Ada Ujung. Film ini mengusung kisah yang menyatukan gejolak asmara, idealisme perjuangan, serta konsekuensi moral dalam satu lanskap historis yang mendebarkan: Jakarta tahun 1946.


Rekonstruksi Jakarta dalam Bayang-Bayang Invasi

Lewat lensa Perang Kota, Mouly Surya mengajak penonton menembus kabut waktu menuju ibu kota yang belum lama merdeka, namun sudah kembali diguncang oleh upaya rekolonialisasi. Atmosfer pasca-kemerdekaan yang porak-poranda digambarkan dalam fragmen-fragmen kehidupan masyarakat yang tetap harus bertahan, di tengah pertempuran gerilya dan tekanan militer Sekutu.

Pencapaian visual dari sinematografer Roy Lolang disuguhkan melalui format rasio 4:3 yang khas dan mengikat, menghadirkan komposisi gambar yang intim, klasik, namun sarat emosi. Warna-warna kontras memperkuat kesan melankolis Jakarta tempo dulu yang penuh ketegangan.


Pergulatan Emosi dalam Cinta Segitiga

Di pusat kisah ini, bergulir dinamika emosional antara tiga tokoh utama: Isa (Chicco Jerikho), seorang guru yang juga pejuang, Fatimah (Ariel Tatum), istrinya yang terbelenggu batin, serta Hazil (Jerome Kurnia), rekan perjuangan Isa yang secara diam-diam menjalin hubungan intim dengan Fatimah.

Isa, dengan latar luka psikologis yang belum sembuh, menjadi simbol figur laki-laki yang rapuh dalam relasi domestik, namun tetap teguh dalam perjuangan nasional. Sementara Fatimah digambarkan tidak sekadar sebagai istri yang tergoda, melainkan sebagai perempuan dengan kompleksitas psikologis dan kekuatan bertahan luar biasa di tengah gejolak.


21 April 2025

OFFICIAL TRAILER: “MUNGKIN KITA PERLU WAKTU” – RANA LUKA YANG MEMILIH DIAM

 

Oleh : FilmLokal.id

Jakarta, 18 April 2025 — Film terbaru garapan sutradara Teddy Soeriaatmadja, MUNGKIN KITA PERLU WAKTU, resmi merilis official trailer yang mengangkat tema besar tentang luka keluarga yang tak terucap. Melalui gambar-gambar yang tenang namun penuh tekanan emosional, trailer ini membuka ruang refleksi tentang bagaimana sebuah keluarga bisa hidup dalam satu atap, namun terpisah oleh sekat-sekat rasa bersalah dan kehilangan yang tidak pernah diselesaikan.

20 April 2025

GALA PREMIERE “ANAK MEDAN COCOK KO RASA”: SELEBRASI CINTA, PERSAHABATAN, DAN IMPIAN DARI TANAH DELI

 

Jakarta, 17 April 2025, XXI Epicentrum — Gemerlap lampu dan antusiasme penonton meramaikan gala premiere film Anak Medan Cocok Ko Rasa yang digelar di Jakarta malam ini. Film bergenre drama-komedi garapan PIM Pictures bersama Dayu Pictures, Dynamic Pictures, dan Layar Production ini secara resmi diperkenalkan kepada publik sebelum tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai 24 April 2025.

Disutradarai oleh Ivan Bandhito dan diproduseri oleh Agustinus Sitorus, film ini menawarkan narasi yang menyentuh dan menghibur tentang perjalanan empat sahabat dari Medan—Ucok, Joko, Rafly, dan Chisa—yang terpisah oleh waktu dan tragedi, namun disatukan kembali oleh nostalgia dan takdir. Diperankan oleh Maell Lee, Ajil Ditto, Ady Sky, Mario Maulana Hazar, serta aktris pendukung seperti Amara Sophie Rhemaesthita, Maria Simorangkir, dan Lina Marpaung, film ini membungkus drama kehidupan muda-mudi dalam nuansa kekeluargaan khas Medan.

Anak Medan Cocok Ko Rasa bukan hanya soal nostalgia, tetapi juga tentang bagaimana kita menavigasi harapan, rindu, dan kenyataan hidup,” ujar Agustinus Sitorus, produser film ini, dalam sesi wawancara di karpet merah. Ia menambahkan bahwa keunikan kota Medan—dengan latar sosial dan budayanya yang kaya—menjadi representasi sempurna dari berbagai konflik batin yang kerap dialami generasi muda.

Dalam film ini, setiap karakter membawa lapisan emosi yang mencerminkan realitas: impian yang dikorbankan demi ekspektasi keluarga, perpisahan yang menyakitkan, dan pengkhianatan yang diam-diam membekas. Namun alih-alih menenggelamkan penonton dalam melodrama, Anak Medan Cocok Ko Rasa justru menyajikannya dengan balutan humor lokal yang segar—membuat pesan-pesan moralnya terasa ringan, namun membekas.

Sutradara Ivan Bandhito menyampaikan bahwa proses syuting di Medan menjadi pengalaman istimewa yang memperkaya narasi. “Kota ini punya denyut yang kuat. Kami ingin menunjukkan Medan tidak dari sisi klise, tapi dari wajah aslinya—penuh harapan, konflik, dan semangat juang,” ungkapnya.

Maell Lee, pemeran Ucok, menyatakan keterikatannya secara emosional dengan peran tersebut. “Saya dan Ucok punya cerita yang mirip. Sama-sama berangkat dari Medan, merantau ke Jakarta demi mimpi. Emosi dalam peran ini terasa sangat personal buat saya,” tuturnya. Sementara itu, Ajil Ditto yang memerankan Rafly mengungkapkan bahwa kembali ke Medan untuk syuting serasa seperti pulang ke akar. “Kota ini adalah rumah saya. Chemistry kami para pemain terbentuk secara organik karena kami memang sudah klik sejak awal,” ujarnya.

Kehangatan dan dinamika antar tokoh menjadi kekuatan utama film ini. Penonton diajak tidak hanya mengikuti kisah yang menyentuh, tapi juga melihat refleksi dari pengalaman hidup sendiri—tentang merantau, kegagalan, harapan yang hampir padam, dan keajaiban yang datang ketika kita sudah belajar menerima.

Film ini pada akhirnya mengajak kita merenungkan: sejauh apa pun kita melangkah, impian dan persahabatan sejati tak akan pernah hilang arah. Ada tawa, ada tangis, ada pelukan yang menyambut pulang.


🎬 Anak Medan Cocok Ko Rasa akan hadir di layar lebar mulai 24 April 2025. Jangan lewatkan film yang bukan sekadar hiburan, tetapi juga ruang untuk mengenang, menerima, dan tertawa bersama.
Ikuti terus kabar terbarunya di akun resmi Instagram: @filmanakmedan_official


PRESS CONFERENCE “MANGKU POCONG”: TEROR PESUGIHAN DIBALIK CITARASA MASAKAN WARUNG LEGENDARIS

Foto Saat Press Conference. Sources by : Serba Film

Jakarta, 17 April 2025 – Satu lagi film horor lokal siap mengguncang layar lebar Indonesia. Bertajuk Mangku Pocong, film ini secara resmi diperkenalkan kepada publik melalui konferensi pers yang digelar di Jakarta, menandai dimulainya perjalanan promosi menuju penayangan nasional pada 24 April 2025.

Dibalik atmosfer mistis yang diangkat, Mangku Pocong merupakan hasil kolaborasi antara Virgo Putra Film dan RUMPI Entertainment, dengan Ferry Angriawan duduk di kursi produser, sementara Chiska Doppert bertanggung jawab penuh sebagai sutradara. Penulisan naskah dipercayakan pada Vidya T. Ariestya, yang mengemas kisah ini dengan balutan drama keluarga yang sarat konflik dan kejutan supranatural.


Cerita Keluarga, Dendam, dan Warung yang Dikutuk

Mangku Pocong menyajikan narasi yang menukik ke dalam relung psikologis sebuah keluarga yang dilanda trauma masa lalu dan warisan kelam. Cerita berpusat pada Hendri (diperankan oleh Jefan Nathanio) dan adiknya Nurul (Ajeng Fauziah) yang pulang kampung setelah sang ayah, Pak Mardi (Indra Pacique), wafat dalam kondisi mengenaskan.

Pak Mardi semasa hidup dikenal sebagai pemilik warung makan yang masakannya melegenda. Namun setelah kepergiannya, warung yang dulu ramai kini menyisakan aroma misteri. Hendri yang mencoba menghidupkan kembali usaha sang ayah justru menemukan kenyataan pahit: masakannya dicibir, pelanggan menjauh, dan teror makhluk gaib berupa pocong mulai muncul di sekelilingnya.

Ketegangan semakin membuncah saat Nurul menghilang tanpa jejak. Hendri pun dipaksa menyelami rahasia kelam keluarga—sebuah praktik pesugihan yang konon diwariskan secara turun-temurun demi kejayaan usaha. Teror tak hanya datang dari dunia gaib, tapi juga dari tekanan batin dan loyalitas keluarga yang tercabik-cabik.


Deretan Pemeran dan Pengalaman Mistis

Menguatkan atmosfer film, Mangku Pocong menghadirkan barisan aktor dan aktris yang telah dikenal di layar lebar. Samuel Rizal memerankan Yahya, sahabat dekat Pak Mardi yang memegang banyak kunci cerita. Wanda Hamidah sebagai Bu Isti—istri Pak Mardi—menjadi sosok ibu yang tersekap dalam pilihan sulit antara menjaga keluarga atau menyelamatkan anak-anaknya.

Nama-nama lain yang turut mendukung film ini antara lain Monique Henry (Nyi Sukmo), Yan Patroman (Prapto), Iqbal Perdana (Kelik), Aldo Pratama (Kliwon), dan Arthur Tobing (Mbah Mulyo).

Tak hanya cerita yang mencekam, proses produksi film ini juga diliputi pengalaman spiritual yang menggugah. Beberapa aktor, termasuk Samuel Rizal, dikabarkan mengalami kejadian tak terduga saat syuting—menambah lapisan autentik dari atmosfer horor yang diusung film ini.


Horor Sosial dan Tradisi Gelap yang Mengendap

Apa yang membuat Mangku Pocong berbeda dari film horor kebanyakan adalah keberaniannya mengeksplorasi sisi gelap praktik pesugihan dalam konteks sosial dan budaya. Bukan sekadar menakut-nakuti, film ini menyentil fenomena masyarakat yang masih menjadikan kekuatan gaib sebagai jalan pintas kesuksesan.

Dengan pendekatan visual yang realis dan alur cerita yang membangun intensitas dari dalam karakter, Mangku Pocong bukan hanya tontonan, tapi juga bahan renungan: seberapa jauh manusia bisa berdamai dengan masa lalunya?


Tayang 24 April 2025 di Seluruh Bioskop

Mangku Pocong dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada 24 April 2025. Film ini diharapkan menjadi gebrakan baru dalam horor lokal yang menggabungkan akar tradisi, drama keluarga, dan elemen supranatural dengan penceritaan yang matang.

Bagi pecinta horor yang mendambakan pengalaman sinematik yang tidak biasa, Mangku Pocong menawarkan lebih dari sekadar ketakutan—ia menghidangkan sebuah cerita tentang luka, warisan, dan harga yang harus dibayar untuk sebuah keberhasilan.