24 April 2025

"PERANG KOTA": SEBUAH MOZAIK CINTA, PERLAWANAN, DAN LUKA DI TENGAH JAKARTA 1946

 

FOTO PRESS CONFERENCE PERANG KOTA. Doc by Serba Film

Jakarta, 21 April 2025 — Sebuah karya sinematik bertaraf internasional resmi diperkenalkan kepada publik dalam sesi Press Conference yang digelar di Epicentrum XXI, Jakarta. Film bertajuk Perang Kota, buah karya sutradara Mouly Surya—yang telah dua kali memenangkan Piala Citra sebagai Sutradara Terbaik—siap menyapa penonton di layar lebar mulai 30 April 2025.

Disokong oleh kolaborasi multinasional antara Cinesurya Pictures, Starvision Plus, dan Kaninga Pictures bersama sejumlah rumah produksi dari Asia hingga Eropa, Perang Kota diadaptasi dari novel legendaris karya Mochtar Lubis Jalan Tak Ada Ujung. Film ini mengusung kisah yang menyatukan gejolak asmara, idealisme perjuangan, serta konsekuensi moral dalam satu lanskap historis yang mendebarkan: Jakarta tahun 1946.


Rekonstruksi Jakarta dalam Bayang-Bayang Invasi

Lewat lensa Perang Kota, Mouly Surya mengajak penonton menembus kabut waktu menuju ibu kota yang belum lama merdeka, namun sudah kembali diguncang oleh upaya rekolonialisasi. Atmosfer pasca-kemerdekaan yang porak-poranda digambarkan dalam fragmen-fragmen kehidupan masyarakat yang tetap harus bertahan, di tengah pertempuran gerilya dan tekanan militer Sekutu.

Pencapaian visual dari sinematografer Roy Lolang disuguhkan melalui format rasio 4:3 yang khas dan mengikat, menghadirkan komposisi gambar yang intim, klasik, namun sarat emosi. Warna-warna kontras memperkuat kesan melankolis Jakarta tempo dulu yang penuh ketegangan.


Pergulatan Emosi dalam Cinta Segitiga

Di pusat kisah ini, bergulir dinamika emosional antara tiga tokoh utama: Isa (Chicco Jerikho), seorang guru yang juga pejuang, Fatimah (Ariel Tatum), istrinya yang terbelenggu batin, serta Hazil (Jerome Kurnia), rekan perjuangan Isa yang secara diam-diam menjalin hubungan intim dengan Fatimah.

Isa, dengan latar luka psikologis yang belum sembuh, menjadi simbol figur laki-laki yang rapuh dalam relasi domestik, namun tetap teguh dalam perjuangan nasional. Sementara Fatimah digambarkan tidak sekadar sebagai istri yang tergoda, melainkan sebagai perempuan dengan kompleksitas psikologis dan kekuatan bertahan luar biasa di tengah gejolak.


Produksi Sinematik Skala Internasional

Perang Kota bukan hanya pencapaian artistik dalam penyutradaraan, namun juga sebuah proyek raksasa produksi internasional. Para produser dari berbagai negara, seperti Anthony Chen (Singapura), Fleur Knopperts (Belanda), dan Vincent Villa (Prancis), turut memperkuat kualitas teknis, terutama di bidang tata suara dan efek visual.

Sound design yang dikerjakan di Kamboja oleh Vincent Villa dan foley oleh studio Yellow Cab di Paris menjadi elemen penting yang menjadikan pengalaman menonton Perang Kota begitu nyata dan mengguncang. Format Dolby Atmos pun digunakan untuk membangun atmosfer sinematik yang lebih imersif.


Komitmen Terhadap Keberagaman Cerita

Dalam pernyataannya, Chand Parwez Servia dari Starvision menegaskan bahwa keterlibatan mereka dalam film ini merupakan bagian dari langkah nyata untuk memperluas cakrawala cerita di perfilman nasional, khususnya untuk narasi sejarah yang tak hanya menceritakan pertempuran senjata, namun juga benturan perasaan dan nilai.

Sementara itu, produser eksekutif dari Kaninga Pictures, Willawati, menyampaikan bahwa Perang Kota merupakan simbol dari sinema yang visioner—sebuah karya yang menggali kompleksitas manusia dalam kondisi ekstrem, dengan pendekatan estetika yang berani dan segar.


Transformasi Naskah Sastra ke Sinema

Transformasi novel Jalan Tak Ada Ujung ke layar lebar oleh Mouly Surya tidak semata adaptasi naratif, melainkan interpretasi ulang atas semangat zamannya. Mouly menggarap setiap karakter dengan kedalaman psikologis yang reflektif, sekaligus menyematkan metafora urban yang tajam—tentang bagaimana perang tak hanya terjadi di jalan-jalan utama, tapi juga di gang-gang sempit dan hati manusia.


Penutup

Perang Kota adalah film yang menjanjikan bukan hanya sebagai tontonan, tetapi sebagai refleksi. Tentang kota yang terluka. Tentang cinta yang terbelah. Tentang perjuangan yang tidak selalu membawa kemenangan. Film ini akan mulai tayang di jaringan bioskop seluruh Indonesia mulai 30 April 2025.

Ikuti informasi dan pembaruan terkait film ini di akun Instagram resmi @perangkotafilm serta kanal TikTok @StarvisionMovie.

0 comments:

Posting Komentar